Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Anakku Minta Nonton Soekarno

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13880992581321859285

[caption id="attachment_286232" align="aligncenter" width="619" caption="Tiffany & Yingluck - Menyiapkan Garuda Muda!"][/caption] Di hari libur kemarin, kami terpikir untuk mengajak Tiffany Chisari Setiawan, anak kami yang masih berumur 5 tahun untuk pertama kalinya nonton "tv besar" alias bioskop.  Anak semata wayang yang sempat membikin deg-degan orang tuanya minggu lalu karena tangan yang patah akibat melompat dari mobil pick up ini sudah aktif lagi meskipun tangan masih di gendong.  (baca) Dengan semangat kami bertiga pergi ke sebuah mall di kota Solo.   Langsung kami pergi ke teater dan melihat-lihat film apa yang sedang di putar.  Saya sendiri sudah cukup lama tidak melihat bioskop, jadi tidak mengikuti film-film terbaru di layar lebar. Tenggelamnya Kapal Van Der Vijk, Slank Nggak Ada Matinya, the Hobbit, Discover the Dinosaurs, dan Soekarno adalah pilihan-pilihan film yang ada. Satu-satunya "film untuk anak" kelihatannya adalah Discover the Dinosours, maka saya mengusulkan film itu ke anak saya. Tapi saya dan istri saya cukup kaget ketika anak saya yang bertemperamen keras ini dengan tegas mengatakan, "Saya mau nonton Soekarno!"   Termangu saya mendengarnya.  Apa jadinya anak umur 5 tahun melihat film 2 jam lebih tentang politik dan sosok yang lahir sebelum dia ada.  Setelah rundingan kami putuskan menonton Soekarno, film yang sedang di somasi anaknya Soekarno.  Ironis.

Mana Soekarnonya? Soekarno melawan Jepang ya? Megawatinya mana pah? Jepang itu jahat ya? Soekarno itu presiden pertama, yang kedua siapa? Kalau Habibie itu presiden keberapa? Soekarno matinya di bunuh ya?

Demikianlah sebagaian daftar celoteh yang saya ingat selama nonton film Soekarno.  Kebetulan memang dia sedang suka belajar sejarah presiden-presiden Indonesia.  Dan seperti biasa, dia akan terus mengejar dengan pertanyaan-pertanyaan topik yang dia mau tahu, sampai maminya kewalahan.  Kalau sudah seperti itu dilemparkan "tanya papimu." Terlepas dari kontroversi film ini,  film Soekarno sudah membantu kami sebagai orang tua untuk memperkenalkan INDONESIA kepada anak kami.  Tiba-tiba terbersit dalam kepala saya dalam perjalanan pulang ke rumah.  Anak saya baru bisa akan ikut pemilu 2029, yaitu 15 tahun dari sekarang ketika dia berumur 21 tahun.   Itu adalah 4 pemilu dari 2014.   Anak saya adalah generasi baru Indonesia. Untuk dialah "Indonesia Baru" ini di bangun.  Untuk dia dan teman-teman segenerasinya pemilu-pemilu ini diadakan. Kalau Ahok saja sudah kontroversial karena minoritas ganda.   Saya membayangkan anak saya adalah minoritas triple: wanita, tionghoa,dan kristen.  Bisakah bangsa ini menerima "Ting-Ting", anak saya kalau suatu kali dia memutuskan untuk jadi masuk politik? Saya membayangkan mungkinkah anak saya menjadi seperti Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra yang cantik memimpin bangsa ini.  Siapa tahu? Saya tidak akan memaksakan apapun dalam hidupnya, tapi saya merasa berkewajiban untuk membuka jalan bagi anak saya, dan Tiffany-Tiffany yang lain untuk mendapatkan kesempatan memilih jalan hidupnya dan berjuang bagi Tuhan dan bagi Indonesia.  Di mulai dengan mengajar sejarah bangsa ini di rumah, sehingga rasa cinta dan nasionalisme itu tumbuh sedini mungkin dalam diri mereka. Sembari kita berdoa dan berusaha ketika saatnya garuda-garuda muda ini terbang, Indonesia Baru sudah siap menyambut mereka. Pendekar Solo Sumber Gambar: http://www.katailmu.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline