Satu kata dalam konteks kalimat yang berbeda memiliki makna yang berbeda. Itulah seni berbahasa yang pada akhirnya menimbulkan apa yang disebut bias dan/atau multitafsir.
Contoh: kata anjing
Kalimat #1 - Anjing golden Iwan diberi nama Miracle
Kalimat #2 - Iwan itu memang anjing!
Kalimat #3 - Anjing menggonggong kafilah berlalu
Jelas tiga arti yang sangat-sangat berbeda satu dengan yang lain. Tapi kita mengenal juga arti denotatif atau arti lugas dari sebuah kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online arti kata anjing adalah:
anjing /an·jing/n binatang menyusui yg biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb; Canis familiaris (sumber)
Hangat beredar di media adalah kata KAFIR. Terutama setelah Jokowi menjadi gubernur DKI, dan bertambah marak setelah Jokowi di capreskan.
Bahasa Indonesia sangat kaya dengan bahasa serapan, termasuk kata kafir yang menyerap dari bahasa agama. KBBI online menterjemahkan kata kafir adalah sebagai berikut:
kafir /ka·fir/n orang yg tidak percaya kpd Allah dan rasul-Nya; (sumber)
Dari definisi ini kata kafir dalam bahasa Indonesia adalah orang-orang non-Muslim. Tapi itupun masih bias karena non-Muslim ada yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya, cuma pengertian akan Allah dan rasul-Nya berbeda konteks.