Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Jokowi Mengantar Banteng Masuk Senayan

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah 10 tahun menunggu, PDI-P kembali masuk memegang tampuk pemerintahan.  Tentunya sangat mengherankan apabila hal ini tidak disebut sebuah prestasi.   Dan tentunya, ini tidak terlepas dari peran Jokowi dalam mendongkrak suara partai moncong putih.

Beberapa pemikiran langsung muncul di jagat maya, terutama dari partai-partai sektarian dan simpatisannya yang dalam Pileg ini jatuh SEMUA ke peringkat tiga perolehan suara.  4 besar hasil Pileg2014 boleh dikatakan dipegang partai-partai "sekuler" atau nasionalis (PDI-P, Golkar, Gerindra, Demokrat).  PKB pun sebenarnya bukan lagi "partai Islam murni". Karena tahu sama tahu, PKB yang asli adalah Gus Dur (NU) sudah dicikeaskan.

Tulisan yang muncul adalah mencoba mengangkat isu kegagalan "Jokowi Effect" mengusung PDI-P ke 27% maupun (mungkin) 20%  presidential threshold.  Gampang ditebak, partai-partai yang kalah ini masih "ngarep" untuk bisa masuk pemerintahan dengan koalisi-koalisi.    Atau bila mungkin menghancurkan Jokowi dan PDI-P dengan koalisi.  Apakah mungkin?

Yang dimaksud Jokowi Effect melebihi angka-angka partai itu.  Tapi sebenarnya adalah suatu efek viral ke masyarakat untuk memilih yang benar.  Belum bisa 100% kita melihat dihancurkannya serangan fajar, maupun permainan-permainan di bawah, tapi yang jelas kesadaran untuk memilih yang benar sudah sangat terasa.

Kalau diamatai ada tiga realitas lapangan yang terungkap dari hasil (sementara) Pileg2014:


  • Zona nyaman anggota-anggota partai ex-orba masih sangat kuat.  Apabila mereka memilih PDI-P sama saja dengan mem-PHK diri sendiri.  Sebab itu mereka fight for living.
  • PDI-P memiliki "nomer urut" yang panjang dalam pencalegan, kader-kader PDI-P demi supaya bisa masuk Senayan akan melompat memakai kendaraan lain.
  • Sudah mulai berjalannya sistem "pemilihan langsung".  Di jaman SBY (2004, 2009), hampir tidak mikir, kebanyakan langsung milih partai.  Ini hal bagus memperlihatkan kesadaran yang meningkat.


Dari ketiga hal tersebut, terlihat justru Jokowi sangat mengangkat PDI-P.  Apabila Jokowi tidak di capreskan PDI-P sebelum pileg, bisa dipastikan Gerindra dan Golkar akan meraup suara yang jauh lebih significant.   Tidak terpenuhinya target 27% yang diharapkan kubu PDI-P dan Jokowi adalah suatu kewajaran.  Artinya, terlalu jauh mengatakan ini adalah kegagalan Jokowi.

Realitasnya adalah Jokowi sudah menghantar PDI-P menjadi pemenang dalam Pileg2014.  Menolak untuk percaya hal ini, akan membawa efek menhancurkan lebih partai-partai agama yang kalah perang ini.   Golkar, Gerinda, Demokrat yang memang penuh para pebisnis dan oportunis/politikus sejati dengan cepat memberikan selamat dan indikasi "siap koalisi dengan pemenang".

Pendekar Solo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline