Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Mahasiswa ITB Mempolitisasi Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampus selalu menjadi kawah candradimuka untuk lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa.  UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) pernah menjadi kampus yang menakutkan bagi regim ORBA.  Pemikir-pemikir tangguh Arif Budiman dianggap terlalu ekstrem di masanya. Tergulingnya Suharto juga karena mahasiswa-mahasiswa bergerak.  Kekuatan laten kampus tidak perlu diragukan lagi.

Tapi sayang, demo-demo mahasiswa tidak lagi memiliki ide atau gagasan yang patut di jual.  Bahkan biasanya "mahasiswa gondrong ber IP-rendah" yang demo-demo tidak berarti.  Ketika penulis sempat jadi dosen selama 1 semester, saya katakan kepada mahasiswa saya.  Hanya yang IP-nya 3,5 keatas boleh demo di jalan.  Mahasiswa goblok dan tak berotak belajar dulu yang baik sampai IP-nya bagus baru boleh demo.

Tapi hari ini cukup tertegun membaca breaking news tentang mahasiswa ITB yang berdemo menolak kuliah umum Jokowi dengan tema demo "'Turut Berduka Cita Atas Politisasi ITB' dan 'Kampus Netral Harga Mati' (Sumber).  Kampus tersohor di Indonesia, yang bersimbol Ganesha (Dewa ilmu) ini jelas seharusnya diisi mahasiswa yang cukup punya otak dan bisa berfikir lebih strategis, tapi nyatanya masih seperti mahasiswa yang tidak berintelektual.

Mungkin penulis terkesan emosional dalam menuliskan ini.  Realitasnya memang benar ada campuran emosi disini.  Bolehlah dituduh karena saya pendukung Jokowi, maka saya emosional.  Tapi saya katakan, tidak Jokowi, tidak Prabowo,  tidak juga Ical maupun yang lain BOLEH DITOLAK di Kampus manapun.  Justru Kampus dan Mahasiswa adalah jembatan untuk menyeleksi capres-capres dan membuat masyakat yang tidak berpendidikan mengerti dalam bahasa sederhana opsi-opsi yang ada di pemerintahan.  Sehingga di kemudian hari money politics bisa ditekan dan menjadi budaya tidak populer.

Kalau ITB menolak Prabowo atapun Ical saya pun akan keras menolak kebodohan intelektual tersebut. Kampus itu tempat netral dan itu betul.  Arti kata Netral itu artinya SEMUA DIBERI KESEMPATAN.  Bukan berarti MENUTUP DIRI terhadap calon-calon tertentu.

Atau sinyalemen ITB sebagai tempat subur radikalisme semakin terbukti? (Baca: 200 Mahasiswa ITB Diduga 'Drop Out' Akibat NII)  Artikel tersebut menuliskan sbb:

Peneliti sejarah Darul Islam (DI) dan Negara Islam Indonesia (NII) Sholahudin mengatakan sebanyak 200 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) diduga drop out akibat aktivitas NII.


Menurut saya Jokowi justru dipolitisasi, bukan sebaliknya.  Kuliah umum adalah hal yang biasa.  Masih ingat ketika justru Mata Najwa menggelar di UNS acara Penebar Inspirasi ada Jokowi (PDI-P), Jusuf Kalla (Golkar), Anies Baswedan (Konvensi Demokrat), Abarham Samad (KPK), dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) (Sumber).  Apakah itu politisasi dan tidak netral?

Apapun alasan sebenarnya dari Mahasiwa-Mahasiwa ITB ini, saya tidak respek sekali dengan apa yang mereka lakukan.  "Calon Intelektual" yang tidak tahu arti berintelektual tidak layak diluluskan.   Tugas kita adalah menebarkan harapan, optimisme, dan inspirasi.  Bukan mengarah ke anarkis, mengumpulkan massa, dan sektarian.  Bahkan khusus ITB dan semua perguruan tinggi Negeri dapat uang dari APBN, bukan? Minimal kita semua  tinggal di negeri Indonesia.  Seharusnya membantu bangsa ini, bukan mau bikin kelompok eklusif sendiri!

Pendekar Solo





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline