Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Koalisi Ketokohan Fenomena Baru Politik Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14007370271736424406

[caption id="attachment_308004" align="alignnone" width="500" caption="http://d3j5vwomefv46c.cloudfront.net/photos/large/805848527.jpg?1378222894"][/caption]


Setelah dikira persoalan koalisi sudah selesai, ternyata sampai hari ini manuver-manuver koalisi semakin gencar.  Tapi bukan koalisi antar partai yang sudah ditutup, Pilpres 2014 memperlihatkan fenomena menarik yang penulis sebut sebut KOALISI KETOKOHAN.


Koalisi ketokohan ini sangat mencapai puncaknya ketika JK di cawapreskan pihak Jokowi.  Sebagai tokoh Golkar, pencawapresan JK membawa efek domino yang berkepanjangan.


Pecahnya suara di Golkar, sampai munculnya tokoh sekaliber Mahfud MD yang "menyeberang" ke pihak Prabowo.  Diikuti Rhoma Irama, sampai Ahmad Dhani pun tidak ketinggalan ikut mencitrakan diri sebagai pengikut sang jendral.


Dilain pihak, Luhut Panjaitan dan tokoh-tokoh muda Golkar seperti Indra Piliang,  Meutia Hafidz, Poempida Hidayatullah, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Fayakhun Andriadi, dan disinyalir merapat ke Jokowi-JK.


Kalau kita runtut kebelakang, penyebab utama KETOKOHAN lebih menonjol daripadan KEPARTAIAN, karena partai-partai politik kita belum solid dalam ideologi dan misi.  Masih hanya sebagai kendaraan masing-masing politisinya.


Perhatikan Keadaan-Keadaan Partai Berikut:

Konvensi Demokrat memperlihatkan dengan jelas bahwa masing-masing tokoh memiliki pengikut dan vis-misi yang tidak 100% sejakan dengan partai demokrat.  Ambil contoh, Anies Baswedan dengan turun tangannya, platformnya mungkin malah lebih dekat ke Jokowi-JK daripada dengann SBY.  Jadi tidak heran kalau ada kabar Anies Baswedan merapat ke Jokowi-JK.  Belum dibilang sang pemenang, Dahlan Iskan punya konstituen sendiri.  Gita Wirjawan dan juga Pramono Edhie juga memiliki "timsesnya", dan masih banyak yang lain.

"Konvensi PKB" membuahkan sakit hatinya Rhoma Irama dan Mahfud MD sehingga mereka melompat ke Prabowo.   Ca Imin sendiri memiliki konstituen yang tidak minoritas sebagai ketum.  JK adalah tokoh NU yang menjadi corong untuk Indonesia Timur.

Golkar sudah terbongkar isi perutnya.   Ical, Akbar Tanjung, Agung Laksono, JK, Luhut, Iwan Piliang Dkk semua loyal dengan konstituen masing-masing.  Kapan pun bisa melompat akan membawa konstituen ke kapal lain.

Gerindra bagaimana?  Aapakah kita bisa mengatakan Ahok 100% kompatible dengan Prabowo?  Ahok selalu mengatakan "saya sudah diwakafkan".  Ahok memilik BTP-nya sendiri yang juga sangat loyal dan militan.  Itu jelas bukan Gerindra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline