Sebagai media warga, diawal kehadirannya Kompasiana harus berjuang keras untuk dipercaya oleh pembaca sebagai sumber berita yang valid. Hari ini boleh dikatakan tim Kompasian sudah mulai menuai hasil kerja kerasnya. Tapi ada kenyataan pahit yang saya (sebagai kompasianer) temukan bahwa ternyata kepercayaan terhadap kebenaran-kebenaran artikel di Kompasiana hanya 50%.
Kultwit Lin Che Wei seorang analis kristis dan tajam di pasar modal dan sospol memperlihatkan kekecewaannya terhadap Kompasiana.
Banyak artikel yg faktanya tdk diverifikasi di Kompasiana - ini buruk buat demokrasi. Kompasiana bkn Kompas (artikel tdk diseleksi).— linchewei (@linchewei1) May 28, 2014
Tulisan ttg Prabowo, Wiranto di Kompasiana penuh dgn sampah! — linchewei (@linchewei1) May 28, 2014
Kritikan tajam dan tidak main-main untuk Kompasiana. Pihak admin dan juga para kompasianer (penulis di kompasiana) harus berbenah diri dan instropeksi. Panasnya suasana pilpres dengan segala kampanye hitamnya jelas sangat merugikan pembelajaran politik yang sedang kita kerjakan di bangsa kita. Lebih lanjut Lin, meretweet Enda Nasution seorang penulis dan disebut tokoh blog Indonesia (sumber) yang lebih keras lagi mengatakan HANYA 50% kadar kebenaran artikel-artikel Kompasian. Sebagai kompasianer, saya pun pucat membacanya. Apakah artikel-artikelku termasuk sampah dan "bohong 50%" yang dimaksud?
#socmedtips #1: Setiap kali membaca link dari Kompasiana discount kebenarannya 50% — Enda Nasution (@enda) May 25, 2014
#socmedtips #2: 68% headline berita di masa pemilu tidak nyambung dgn isinya dan didesain agar anda menyebarkannya lagi— Enda Nasution (@enda) May 25, 2014
#socmedtips #3: Perdebatan di socmed 100% tidak menyelesaikan masalah dan 120% tidak ada yang menang — Enda Nasution (@enda) May 25, 2014
#socmedtips #3: tingkatkan kemampuan utk membedakan antara berita yg termasuk tendensius, hoax, fitnah, rumor atau black campaign— Enda Nasution (@enda) May 25, 2014
Satu tahun bergabung dengan Kompasiana, saya di yakinkan bahwa Jurnalise Warga adalah masa depan dari jurnalisme mainstream. Realitas bahwa kebenaranya baru dipercaya 50% kita ambil hikmahnya "sudah dipercaya 50%". TETAPI, kompasiana harus segera ambil tindakan.
HL, dan TA yang adalah KEPUTUSAN ADMIN adalah tanggung jawab Kompasiana "newsroom team" yang harus terus di perjelas kriterianya. Terutama artikel-artikel yang bersifat "whistleblower" seperti yang mas Pepih Nugraha isyaraktkan, harus diperlakukan dengan lebih hati-hati.
Tanggung jawab Kompasianer seperti saya ada memverifikasi data artikel kita masing-masing. Dan BERANI mempertanggungjawabkan isi artikel. Ketika baru-baru ini artikel saya di removed Admin karena dianggap akan SARA, saya terima dengan pertanyaan karena semua data sudah saya verikasi. Akhirnya saya tayangkan di blog sendiri. Karena memang saya tidak bermaksud menulis kebohongan.
Dilain pihak tulisan-tulisan yang membela Prabowo seperti Ratu Adil akan menjadi polemik yang berkepanjangan karena isinya sangat tendensius membela, sementara verifikasi akun pun tidak. Hal-hal yang seperti ini yang seharusnya tim Kompasiana semakin dewasa.
Saran saya, hanya akun-akun yang terverifikasi yang bisa direkomenasikan Admin dalam bentuk HL, Highlight, TA dan yang lain lain. Akun-akun yang tidak terverifikasi tetap bisa diberi kolom "terpopuler bulan ini" misalnya. Jadi dinamika media warga tetap terjaga, dan kita kompasianer yang berniat menulis kebenaran tidak kena getahnya karena artikel-artikel bodong dan ga jelas.