Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Cameo Project : Dari Fun Campaign Ke Black Campaign?

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Video "Ketika Harus Memilih" menjadi video yang kontroversial di penghujung kampanye.  Cameo Project yang adalah sekelompok anak muda gereja dibelakang video-video ini menjadi sorotan.  Sang sutradara Andry Ganda sampai membuat video secara pribadi meminta maaf (catatan : meskipun tidak merasa bersalah).

Cameo Project adalah orang-orang kreatif dibelakang Jokowi-Ahok yang sangat berhasil dengan"Fun Campaign"-nya.  Video parodi "Bapakku" yang mengarah ke Jokowi menjadi sesuatu yang sangat menghibur. Video deklarasi ketidaknetralan di penghujung kampanye menjadi sesuatu yang sangat janggal dimata teman sekawan.

Pindah pilihan, atau deklarasi pilihan adalah hal yang sah dalam demokrasi.  Di bilik TPS lah semuanya baru terjadi.  Tetapi, ketika pindah pilihan dan deklarasi pilihan adalah sesuatu yang direkayasa untuk satu kepentingan, itu namanya berkhianat.

Apakah Cameo sudah merekayasa ini sejak awal?  Hanya mereka yang tahu.  Tapi yang jelas, anak-anak muda ini adalah kelompok dari Hasyim (adik Prabowo) melalui anaknya Sarah di gereja JPCC.  Artiya sejak awal memang mereka orangnya Hasyim, bukan Jokowi-Ahok.

Lalu mengapa mereka pro Jokowi-Ahok waktu itu? Karena di Jakarta Baru Gerindra dan Jokowi-Ahok masih menjadi satu.  Kalau sekarang Hasyim dan Jokowi sudah berseberangan politik. Mereka harus berpihak dimana modal berasal.  Sederhana sih.

***

Martin Nugraha boss Cameo Project menyatakan "bersebrangan dengan pilihan sebagian orang, belum tentu salah."  Dan itu betul,dan sah dalam demokrasi.  Adalah salah presepsi kalau kekecawaan teman-teman sekeliling Cameo karena perbedaan pendapat. Kekecewaan itu muncul karena "aroma pengkhianatan terstruktur" dari Cameo berbau konspirasi uang sangat-sangat menyedihkan.

Saya termasuk agak "malas" mengomentari tindakan Cameo ini, seorang teman meyakinkan saya untuk berpendapat soal ini. Kenapa saya malas? Karena bagi saya yang Kristiani Pilpres 2014 sangat merusak gereja-gereja secara organisasi maupun fellowship.  Dan sekarang anak-anak muda gereja yang seharusnya lebih dewasa dan mengerti kebenaran ternyata "naif" dan bermain di wilayah "politically correct".

Sejak awal saya tidak netral.  Saya pro Jokowi, Anies Baswedan, dan Ahok.  1 tahun terakhir saya menulis dan mendukung mereka (bisa dilihat di blog saya di hannsetiawan.com atau di kompasiana). Sampai saat ini. Saya tetap dalam misi Indonesia Baru yang kami di Solo dapatkan 2010. Saya memiliki bukti-bukti otentik kami tidak ikut-ikutan kiri dan kanan.  Kami tetap dalam misi Indonesia Baru.

Sebab itu saya tahu persis siapa yang "blusukan" ke gereja untuk cari pendukung.  Sampai detik ini, Jokowi-JK TIDAK PERNAH (minimal sepengetahuan saya) melobby gereja-gereja untuk cari suara.  Hasyim dkk yang melobby organisasi-organisasi gereja.  Dan saya sayangkan kalau anak-anak muda gereja ini (apalagi gerejanya) memiliki mata tapi tidak melihat, memiliki telinga tapi tidak bisa mendengar.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline