[caption id="attachment_321206" align="aligncenter" width="620" caption="doc.pri"][/caption] Haji Lulung, pemuka agama dan masyarakat betawi bikin sensasi di pelantikan DPRD Jakarta dengan mengendarai mobil mewah jenis Lamborghini Gallardo LP 570-4 Superleggra, yang kira-kira berharga 6,2 Milyar Rupiah (info harga mobil) yang ujungnya jadi masalah karena nopol belum teregistrasi. Di saat pelantikan wakil rakyat yang seharusnya adalah awal perjuangan, bukannya awal pesta, jelas pesan moral yang disampaikan pak Haji rasanya tidak pas di hati. Pembelaan Lulung yang mengatakan memiliki banyak mobil mewah bukannya membawa simpati, tapi justr semakin prihatin. Buat apa semua mobil mewah itu? Mobil yang bisa dikendarai 360 km/jam jelas sangat sukar dipakai di tanah abang. Area dimana Lulung dan Ahok sempat bersitegang. Mau dikendarai dimana mobil secepat itu di jakarta, atau di Indonesia. Paling-paling waktu subuh, ataupun saat-saat tertentu baru bisa maksimal dipakai. Selebihnya hanya untuk "status sosial" dan kesenangan dari sebuah hobi. Supaya fair, kita harus terbuka bahwa keberadaan mobil-mobil mewah ini karena ada orang-orang seperti pak Haji ini yang memang suka kemewahan dan mampu membeli. Dan bukan hanya Haji, pendeta pun banyak yang suka mobil mewah. Para pengusaha kelas nasional, pejabat-pejabat kelas tinggi, para artis, politisi, dan jangan lupa penjahat-penjahat narkoba juga termasuk deretan yang suka mengkoleksi mobil-mobil mewah ini (referensi)
***
Gaya hidup mewah yang dilandasi hedonisme dan konsumerisme inilah sebetulnya musuh sejati masyarakat modern secera ideologis. Masyarakat Indonesaia yang mulai masuk taraf OKB (Orang Kaya Baru) semakin memperburuk keadaan ini.
Lihat para koruptor rata-rata terjebak gaya hidup mewah yang identik dengan rumah mewah, mobil mewah, restoran mewah, baju-baju mewah, sampai akhirnya harem yang mewah.
Lebih gawatnya adalah ini terjadi lintas agama, sosial, partai, ideologi kebangsaan, ras, dan apapun. Pameo UUD (Ujung-Ujungnya Duit) tetap masih ampun sampai sekarang. Jadi kalau dikatakan "Cinta akan uang adalah awal dari segala kejahatan" adalah benar adanya.
***
[caption id="" align="aligncenter" width="425" caption="Bahaya Konsumerisme"]
[/caption]
Kembali ke Haji Lulung sebagai pemuka agama dan tokoh masyarakat (sekaligus pesan untuk pemuka agama, tokoh masyarakat, dan juga "orang berduit" lainnya). "Ojo dumeh" kita mampu terus kita lupa arti KEPATUTAN. Biarpun kita pengusaha berhasil, patutkah kita memiliki kemewahan yang luar biasa, sementara kemiskinan dan kesulitan masih begitu terlihat di bumi Indonesia.
Bukankah semua milik kita ini cuma titipan yang Maha Kuasa? Artinya akan ada audit dari DIA. Mengapa begitu sombong dan congkaknya kita dengan mobil mewah, tas mewah yang harganya bisa 1 M, ikat pinggang saja bisa 150 juta. Buat apa semua itu?
Inilah bagian revolusi mental yang akan sangat keras untuk kita lawan. Kita bisa mulai dari diri kita dan anak-anak kita untuk mendisiplinkan diri dengan filosofi #hidupbenar lebih baik daripada hidup sukses.
Pendekar Solo