Setelah dilanda efek Jokowi, sekarang ini boleh dikatakan Indonesia sedang mengalami Revolusi Ahok atau #AhokRevolution. Naiknya Jokowi menjadi RI1 semakin membuat Ahok jadi sasaran tembak kelompok-kelompok rasialis seperti FPI. Bahkan kalau secara obyektif di nilai, revolusi Ahok ini seakan-akan menjadi faktor pengganda dari efek Jokowi.
Dalam artian positif dan negatif. Positif untuk menguatkan Jokowi sebagai ikon perubahan, tapi juga menjadi nyanyian negatif bagi Jokowi haters.
Ulama sepert AA Gym saja dengan jelas menyatakan memiliki Jokowi = Memilih Ahok dengan nada-danaya "mengkafirkan" juga, meskipun tidak sevulgar Habieb Riezig. Bahkan tokoh sekelas Hidayat Nur Wahid, anggota Majelis Syuro PKS pun terpancing untuk melawan Ahok secara frontal.
"Kalau Ahok jantan, seperti yang ditantang Pak Taufik (Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta) mundur dari Gerindra, berani enggak Ahok mundur dari Wagub," kata Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (10/9/2014) (sumber)
Kalau para pemimpin-pemimpin seperti mereka, kita bisa membayangkan kebawah bakal menjadi seperti apa. Kalau Jokowi yang muslim soleh saja bisa dikampanyekan hitam sebagai Kristen dan/atau Komunis, kita bisa bayangkan yang harus dihadapi Ahok akan berlipat-lipat tensinya. Sebab itu menyebutkan fenomena Ahok sebuah revolusi tidaklah berlebihan.
***
[caption id="attachment_325339" align="aligncenter" width="370" caption="dodiheru.wordpress.om"][/caption]
Dukungan terhadap Ahok justru semakin kuat. Ahok, You never walk alone menjadi meme-meme yang berseliweran di sosmed. "Saham Ahok" justru semakin naik dan semakin moncer. Dan Ahok bukan orang kemarin sore, dia masuk politik dengan misi yang sudah terukur. Keluarganya sudah disiapkan. Hati dan hidupnya sudah diserahkan. Ahok pun melawan balik.
Sebagai sesama "tionghoa dan kristen", di awal pemunculan Ahok, saya sangat was-was dengan cara koboy-nya. Sejak awal saya tidak pernah meragukan niat dan ketulusannya, yang bikin deg-degan adalah caranya yang frontal. Tapi dengan berjalannya waktu, saya pun semakin terbuka matanya.
Dan mungkin juga mata banyak rakyat Indonesia yang lain juga mulai melihat bahwa pembusukan birokrasi disemua bidang sudah sampai ke titik paling kronis. Untuk seorang double minority bisa eksis dalam sistem cara Ahok adalah cara yang tepat untuk sekarang. Tegas dan frontal. Karena apabila tidak, dia akan terkena banyak jebakan batman yang luar biasa jahat.
Senjata pamungkas Ahok adalah kejujuran dan kebersihannya. Setiap kali Ahok mampu menantang "pembuktian terbalik" dan pasti tidak ada yang berani menghadapi dia. Bagi orang jujur dan bersih, hukum dan konstitusi menjadi teman dan tembok, bagi koruptor dan maling hukum menjadi senjata yang mematikan. Ahok dengan sendirinya akan selalu dilindungi hukum.
***