Bukanlah SBY kalau tidak membuat berita. Sejarah mencatat bahwa selama Pilpres 2014 sampai 18 hari sebelum sertijab dengan presiden terpilih, manuver-manuver yang tiada henti terus dilakukan SBY. Posisi analisis saya masih tetap, sejak awal saya melihat SBY tidak punya agenda lain kecuali safe landing. Kalau berpihak ke Jokowi mampu mengamankan bidak caturnya dia akan ke Jokowi, kalau tidak dia akan ke Prabowo. Simple.
Dan sejarah telah mencatat bahwa pada akhirnya topeng netral itu dibuka juga, sejak awal memang SBY sudah lebih condong ke Prabowo atau dalam hal ini koalisi merah putih. Bisa ditebak karena memang posisi idealis Jokowi yang tak bersyarat dan mengusung perubahan total. No Compromise.
Sejalan dengan pemikiran kompasianer Daniel H.T dalam artikelnya SBY, "Presiden terlicik yang pernah di punyai Indonesia", kita melihat kelicikan SBY akhirnya membuahkan posisi "aman" bagi Demokrat di Parlemen. Agus Hermanto yang diajukan menjadi wakil ketua DPR oleh demokrat adalah IPAR dari Ani Yudhoyono (sumber) dan Ibas , sang anak kesayanang, dengan mulus menjadi ketua fraksi Demokrat. Unbelieveable.
[caption id="attachment_326915" align="aligncenter" width="459" caption="Agus Hermanto, Ipar SBY/Ani Yudoyono Sumber: umm.ac.id"][/caption]
Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan gawal juga. Sampai dimana, SBY akan terus berhasil bermanuver dengan bermuka dua bahkan tiga sejarah juga yang akhirnya mencatat. Retorika You Tube, Twitter, dan Perppu dimentahkan dengan Walk Out, dan posisi Wakil Ketua DPR dan posisi manis buat sang anak. Keadilan Tuhan yang akan bekerja. Orang jawa bilang, lemah teles (Gusti Allah sing Bales) Justice.
Pendekar Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H