edukasi.sindonews.com
Sebuah artikel HL di Kompasiana membuat sejenak masalah AirAsia dan Pasar Klewer terpinggirkan. Seorang Kompasianer membuat tulisan dengan judul cukup provokatif ‘Tuk Anies Baswedan: Keputusanmu Tak Segagah Tubuhmu (Sebuah Refleksi Akhir Tahun). Inti dari artikel tersebut yang saya tangkap adalah: 1. Kebijakan Anies Baswedan adalah blunder karena bisa diakali kepsek-kepsek dibawahnya. SMS "asli"yang menyatakan hal tersebut adalah sebagai berikut:
Kemarin, saya mendapat SMS yang bunyinya begini (apa adanya tanpa diedit)
“Ass. Yth Bp/Ibu…tadi siang 29 Des 2014 semua kepsek menndtgni prnytan mlksnkan K-13 tuk smstr 2 dn selnjutnya……” (Sumber)
2. Anies Baswedan tidak mengerti "kesibukan guru" yang demikian bejibun, sehingga menimbulkan penolakan di bawah. Kalimat sarkastik yang di tuliskan membuat prihatin seorang pemerhati dan praktisi dunia pendidikan seperti saya ini.
Ini tak akan terjadi bila Pak anies berniat mensejahterakan guru. yaitu mengembalikan jam wajib mengajar 18 jam pelajaran/minggu bukan 24-50 jam/minggu. ingat, guru bukan orang kantoran yang tapi lapangan. Meski 18 jam pelajaran, namun guru pun tetap menjalankan kegiatan edukasinya di rumah seperti mengoreksi pekerjaan anak didik plus urusan administrasi yang bejibun. Ini yang anda perlu tahu, Pak Anies !!!!!!! (Sumber)
Apabila penulis artikel tersebut seorang pendidik, saya melihatnya jatuhnya Air Asia tidak separah dunia pendidikan Indonesia. Jatuhnya Air Asia jelas sangat menyedihkan, tapi realitas parahnya para pendidik di Indonesia bisa berarti terjadinya "malpraktek pendidikan" yang membuat puluhan juta anak Indonesia "mati cara berfikirinya"
***
Perjuangan Anies Melawan Mafia Pendidikan pernah saya tuliskan secara singkat untuk memperlihatkan sedikit gambaran besar posisi Anies Baswedan dalam mengatur departemen pendidikan dasar dan kebudayaan. BIROKRASI adalah adalah lawan utama dari perubahan Indonesia menjadi Indonesia Baru.
Sebab itu Ahok sampai merubah total wajah dari pemkot DKI. Susi sampai harus dibackup KPK dalam pernyataan di media untuk "menghadapi" resistansi dari instansi-instansi hukum lainya. Bagi yang mengikuti kiprah Jonan, harus dibukakan matanya bagaimana Jonan harus membereskan Kereta Api mulai dari cara penjualan karcis! Bayangkan. Semua carut marut.
Bangsa ini sudah tidak terurus cukup lama. Mau percaya atau tidak, itu realitas Indonesia kita. Masih untung Rahmat Tuhan yang besar melindungi kita, sehingga selalu ada orang-orang baik di tengah sistem yang sudah menjadi demonic.
Dan perlu diketahui, tidak segampang Ahok mengganti anggota pemkot. Dalam pendidikan merubah sebuah policy seperti membelokkan KAPAL TANKER, bukan seperti membelokkan sepeda onthel. Karena yang kita pertaruhkan adalah aset paling berharga di Indonesia yaitu ANAK-ANAK INDONESIA. Sebab itu, pilihan-pilihan policy harus memperhitungkan kepentingan anak dan masa depan Indonesia diatas kepentingan guru, birokrat, apalagi kepopuleran pembuat policy.
***
Kebijakan Anies Blunder?