Lihat ke Halaman Asli

Hanny Lubaba

A Full-time Learner

Semakin Overthinking, Semakin Sulit Menulis

Diperbarui: 1 Februari 2021   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semalam setelah selesai makan malam, saya memutuskan untuk melanjutkan menulis. Laptop segera saya nyalakan, lalu kemudian membuka folder berisi daftar topik dan mulai menulis.

Di sela-sela menulis, saya beberapa kali merubah dan mengganti diksi yang saya pakai agar tepat dan sesuai. Hal ini berlangsung berkali-kali, namun saya tetap tenang dan terus saja berpikir bagaimana membuat topik ini menjadi bacaan yang apik dan menarik. Selang beberapa menit kemudian, saya mulai merasakan sedikit cemas. Paragraf yang saya tulis ternyata tidak kunjung terisi, pikiran saya terus berputar dalam pencarian kata yang seakan-akan justru terkesan hiperbolis itu. 

Singkat cerita, ternyata hampir 2 jam lamanya waktu yang saya habiskan dari mulai merubah pembuka topik, keyword sampai dengan judul topik. Kepala terasa pening, saya tak kunjung menemukan kata yang pas. Perasaan adanya kekurangan dan ketidaktepatan dalam tulisan selalu membayangi hingga terus saja membandingkan dan mencari lagi bagaimana kiranya yang paling tepat. Apakah demikian yang disebut "semakin overthinking, semakin sulit menulis?"

Karena tak kunjung menemukan ide, saya pun memutuskan break sementara dan membuka whatsapp lalu meluapkan keluh kesah dalam satu story. Beberapa teman saya ternyata membalas dan mengatakan bahwa mereka pun mengalami kejadian serupa dengan saya. Mereka mengatakan rasanya sangat sulit membentuk paragraf yang sesuai, katanya.

Dari beberapa teman yang membalas story, ada salah satu teman seorang senior akademisi membalas story saya. Beliau mengatakan "Menulis itu yang penting dimulai saja dulu, nanti seiring waktu berjalan kita akan mendapat banyak sekali pelajaran dan berkualitas dengan sendirinya". Saya sontak langsung membacanya dan berpikir "sungguh statement yang tepat". Pikiran yang berlebihan hanya mendorong kita merasa semakin cemas dan justru menjadi tidak produktif.

Setelah membaca pesan tersebut, saya bergegas membuka kembali laptop dan melanjutkan menulis dengan berusaha mengabaikan rasa berlebihan yang sedari tadi saya rasakan. Perlahan-lahan saya mencoba menulis kata demi kata hingga akhirnya beberapa paragraf pun terisi dengan sendirinya, rasanya mengalir begitu mudah tanpa ada hambatan. Saya kemudian merenung, hal penting yang saya  butuhkan ketika menulis adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri lah yang akan membawa kita menjelajah lebih jauh lagi hingga menemukan banyak pelajaran dan pengalaman nantinya. Perasaan berlebihan tidak akan hilang jika kita terus menghiraukannya. Sejak kejadian itu, saya memutuskan untuk perlahan mengabaikan rasa overthinking tersebut, saya harus merubah pikiran tersebut menjadi sebuah energi positif untuk terus belajar dan mencoba. Khususnya dalam menulis, saya harus terus rutin berlatih, belajar dan juga percaya diri dengan kemampuan diri saya sendiri.

Dari kejadian yang saya alami di atas, untuk semua terkhusus teman-teman yang mungkin mengalami kejadian seperti saya baiknya tidak lagi menghiraukan rasa berlebihan yang terkadang muncul dengan sendirinya, khususnya teman-teman yang bertekad untuk memulai belajar menulis. Mari kita tumbuhkan energi positif dalam diri kita agar dapat terus produktif dan berkarya. Ingat, yang penting "Mulai aja dulu ya!"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline