Waktu itu sedang turun hujan. Saya yang akan pulang mengurungkan niat. Saya menunggu di sebuah warung kopi di pinggir jalan. Kebetulan saat itu banyak orang yang juga sama sedang berteduh. Ditemani segelas teh manis hangat dan beberapa gorengan, saya memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Ah, saat hujan begini saya selalu terbayang kisah saat kuliah dulu.
25 Januari 2015
Hanna namanya. Perempuan yang selalu memakai baju berwarna putih dan hitam. Teman perempuan saya yang juteknya minta ampun. Jarang senyum, kemana-mana sendiri. Pernah saat itu motornya mogok, dia dorong sendiri dari kampus sampai bengkel yang jaraknya gak dekat. Kenapa saya gak bantuin? Saya juga tahu karena kebetulan bengkel itu milik ayah saya. Saya yang kebetulan melihat dia bertanya. Seperti biasa dia hanya menjawab seadanya tanpa mau menatap mata saya.
Sombong? Saya juga berpikir begitu pada awalnya. Namun setelah mengenalnya lebih dekat dengan alasan penasaran, saya yang awalnya berpikir dia sombong, malah sebaliknya. Saya gak mau menceritakan kenapa, karena dia juga tak mengizinkan. "Biar kamu aja yang tau soal ini, Far. Jangan kasih tahu orang lain," kata dia.
Dia perempuan baik dan cantik. Selamanya saya akan selalu mengingat perempuan itu, istriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H