Cerita dimulai. Cerita yang kembali membuka luka lama Ayumi. Meski enggan, tapi dia tetap menceritakan kepada saya. "Kalau saya udah cerita sama kamu, setidaknya saya ngerasa lega, Han," katanya dengan senyum getir.
20 Januari 2015
Waktu itu Ayumi tinggal sendirian di Jakarta. Keluarganya tinggal di Bandung. Ia merupakan anak tertua dari empat bersaudara. Adik-adiknya masih kecil. Adik pertama, kelas satu SMP. Adik kedua, kelas dua SD, dan terakhir masih berusia dua tahun.
Ayumi ini hanya lulusan SMP saja, karena keluarganya tidak mampu untuk menyekolahkan dia sampai SMA. Meski ingin bersekolah seperti teman-temannya yang lain, namun takdir tidak memihak padanya. Bapaknya menentang keras ia untuk bersekolah. Ibunya hanya bisa memeluk Ayumi yang menangis sambil memeluk kedua lututnya.
Saat itu Ayumi yang baru saja lulus SMP diajak teman ibunya ke Jakarta untuk bekerja. Ayumi hanya bisa menerima. Meskipun enggan, namun ia tidak bisa melawan. Awal pertama datang ke Jakarta, ia seperti anak ayam kehilangan induknya. Tak tahu apa-apa. Tak tahu siapa-siapa. Tak tahu mau kemana. Teman ibunya hanya mengantar Ayumi di depan sebuah rumah berlantai dua.
Perempuan berambut sebahu itu memasuki rumah tersebut. Ia bertemu perempuan paruh baya dengan baju merah selutut.
"Ayumi ya?" tanya ibu itu dengan senyum lebar.
Ayumi mengangguk, "Iya, Bu."
Ayumi memasuki rumah tersebut ...
TBC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H