Lihat ke Halaman Asli

Hannah Alfiyatu

Mahasiswa UIN Jakarta

Bersyukur dan Berbanggalah!

Diperbarui: 6 September 2023   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Rabu, 6 September 2023. Hari pertama ku kembali ke rutinitas yang super sibuk dengan segala tugas, deadline, makalah, dan presentasi, yup! Apalagi kalau bukan dunia dunia perkuliahan. Dan menjadi kakak tingkat untuk menjadi pertama kalinya, yeayyy welcome to semester 3! Let's do the best!

Dihari pertama masuk kuliah (hari rabu: karena hari senin free dan selasanya full online) ada 3 mata kuliah yang siap menggempur kami para mahasiswa dengan segala tugas yang menumpuk yaitu: Praktikum Qiroah dan Ibadah, Manajemen Pendidikan, dan Ilmu Pendidikan Islam. 

Di mata kuliah terakhir yang dibimbing oleh Bapak Dr. Suwendi M.Ag, beliau bertanya kepada kami dikelas "Kenapa kalian masuk ke prodi ini?" Jujur, pertanyaan itu sebenarnya agak sedikit berat dan mengganggu karena kembali mengingatkanku why the reason I can here, adalah karena permintaan orang tua dan dukungan dari guru serta keluarga yang sebenarnya- this is not my passion (awalnya), tetapi dengan seiring berjalannya waktu aku belajar untuk mengikhlaskan takdirku dan bersyukur dengan jalan yang sudah Allah berikan kepadaku. Yang apada akhirnya membuatku selalu sangat semangat dan menikmati semuanya.

Di pertanyaan selanjutnya beliau bertanya "Apakah kalian pernah berfikir untuk masuk ke fakultas atau program studi lain?" dann teman-temanku kompak menjawab "ya". Dengan tenang beliau menjawab, "lhoo kenapa? Harusnya kalian bangga masuk ke fakultas atau program studi yang sekarang ini" kemudian beliau dengan detail menjelaskan alasan kami harus bangga duduk dibangku prodi kami saat ini. Kami adalah mahasiswa program studi PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) atau yang biasa orang tau PGSD. 

Kenapa? Kenapa kita harus bangga ada berkuliah di prodi PGMI? Pertama adalah agar ilmu yang kami dapatkan bermanfaat. kemudian yang paling utama adalah ibarat pondasi yang berada dibawah bangunan, Madrasah Ibtidaiyah adalalah tingkat awal sebelum memasuki Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, artinya menjadi guru di tingkat awal di pondasi pertama yaitu Madrasah Ibtidaiyah (SD) adalah bukan tugas yang mudah  bukan tugas yang asal mengajar murid mengerti, tetapi lebih dari pada itu, karena di tingkat itulah anak akan mulai menumbuhkan kaeakter, belajar membaca dan menulis serta mengenal hal lain setelah belajar dan bermain di tingkat usia dini (PAUD). 

Jikalau pondasi awal bangunan tersebut kokoh maka sampai dengan bangunan selanjutnya (MTs/MA dan seterusnya) akan terus menjulang tinggi dan kuat sampai tidak akan roboh, dan sebaliknya ketika pondasi awal bangunan tersebut sudah koyak atau lemah maka ketika sampai diatas bangunan tersebut akan perlahan runtuh. Maka dari itu sangat diperlukan guru untuk membangun karakter awal anak di tingkat awal sekolah dasar (MI) untuk menentukan masa depan bagi diri anak tersebut maupun bagi bangsa dan negara. 

Guru Madrasah Ibtidaiyah ialah yang bertugas untuk menjadikan anak didiknya menjadi orang yang dapat memajukan dirinya sendiri dan bangsanya. Dalam artian menjadi guru adalah tugas yang amat sangat mulia serta tidak akan pernah tergantikan, terlupakan, dan terkenang oleh anak didiknya, karena sejatinya tidak ada mantan guru yang ada adalah perkataan "Beliau adalah guruku ketika dulu semasa di Madrasah Ibtidaiyah".

Yup sekian sedikit pengalaman yang bisa aku bagi ke kalian, semoga dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi siapapun yang membacanya
Semangat para calon guru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline