Lihat ke Halaman Asli

Sengketa Pilpres Berlanjut, Jadilah MK yang Kredibel

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nampaknya pilpres 2014 ini masih menyisakan perpanjangan waktu tambahan yaitu dengan bergulirnya sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) oleh pasangan Prabowo-Hatta ke MK. Namun, ditengah perjalanan menuju MK ini saya merasakan beberapa keanehan bermunculan. Entah cuma feeling saya ataukah fakta, silahkan pembaca menilainya. Jika pendapat saya tidak keliru, ada baiknya alasan-alasan di bawah ini kita serahkan ahli kelirumologi Indonesia bapak Jaya Suprana untuk menilainya. Cekidot;

  1. Pasca “menarik diri” nya Prabowo tanpa kehadiran pasangan cawapresnya Hatta Rajasa, secara mendadak mereka muncul bersama kembali di kantor PKS (bukan rumah Polonia lho!). Entah, apakah menjawab artikel saya kemarin, sayangnya pak Hatta jadi irit bicara. Tapi paling tidak saya gembira, beliau memenuhi tantangan saya untuk tampil di muka publik dengan senyumnya yang mengandung arti. Ah, bapak... gitu dong, baru tau saya, kalo bapak ternyata ganteng lho dengan berpeci dan senyum penuh arti. Hihihihi

  2. Saya benar-benar merasa heran, koq bisa PKS mempunyai pusat data tabulasi suara, kenapa kemarin-kemarin gak jadi lembaga survey resminya saja daripada mesti menyewa tiga lembaga survey lain, yang banyak menjadi pertanyaan dan perhatian publik soal kesahihannya?Kan lumayan bisa irit, berarti PKS siap-siap ganti haluan dong nantinya....Tak kurang pak Mahfud MD sendiri sebagai mantan ketua timkanmas Prabowo-Hatta menyangsikan, katanya “data di PKS itu kan hilang. Saya justru marah sama PKS karena mereka tidak menunjukkan data apapun ke saya. Saya sendiri heran kenapa data itu tidak pernah ditunjukkan ke saya.”

  3. Kabarnya datang ke MK dengan membawa 10 (sepuluh) truk berlapis baja, waduh ini mau perang-perangan kah? Saya membayangkan kalo baru pasangan ini membawa data segitu banyaknya, bagaimana dengan data KPU? Dasar penasaran, saya coba ngubek di yutub maupun mbah gugel tapi tidak menemukan sebenarnya berapa puluh truk yang bergiliran silih berganti menuju KPU membawa data hasil pemilu? Saya bingung kalo tadinya sudah menolak proses pilpres dengan “menarik diri” koq sekarang jadi menggugat hasil pilpres, piye toh Pak?

Ya udah, sementara saya singgung dulu tiga hal yang benar-benar bikin bingung ini, sesuai dengan salam 3 jari, demi Persatuan Indonesia.

Lalu bagaimana dengan MK?

Sebagai lembaga resmi persengketaan pemilu dan keputusannya bersifat final, bisa saja MK mengalami sindrom dilema. Dengan begitu banyaknya bukti, dapatkah MK memeriksa dalam sisa waktu terbatas dan memutuskan apakah perkara ini layak dipersidangkan ataukah tidak? Ada dua pilihan yang terjadi:

  • Jika MK memenangkan Prabowo, pasti menjadi tanda tanya besar di mata publik, apakah KPU adalah lembaga abal-abal sehingga bisa salah keputusannya?

  • Jika MK memenangkan KPU (berarti Jokowi-JK tetap menjadi presiden dan wapres terpilih secara sah) apakah Prabowo bisa legowo dan tidak melanjutkan gugatannya kepada Tuhan? Bukankah MK sebagai benteng peradilan terakhir? Apakah MK siap dituduh curang pulak seperti halnya KPU?

Memang wajar kita berusaha semaksimal mungkin, sangat wajar. Tetapi kita juga harus menyadari, bahwa pada akhirnya ikhtiar itu harus terhenti karena kehendak Tuhan.

Kita sungguh berharap MK dapat menunjukkan jati dirinya yang tidak berpihak dan kredibilitasnya teruji. Integritas hakim-hakim MK yang menangani perkara menjadi taruhannya, jangan sampai MK tercoreng untuk kedua kalinya pasca kasus Akil, mantan ketuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline