Miris sekali jika Anda tahu berapa angka anak yang mengalami stunting di Indonesia. Menurut data, tahun 2019 ini, masih ada sekitar 7 juta balita yang mengalami stunting. Kurangnya kesadaran untuk memberikan susu pertumbuhan anak menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Tentu bukan hanya susu saja. Bagaimanapun juga, susu bukan sumber nutrisi utama. Makananlah yang menjadi sumber nutrisi utama balita. Namun, peran susu untuk pertumbuhan anak cukup signifikan. Makanya, banyak yang beranggapan kurangnya kesadaran orang tua untuk memberikan susu untuk pertumbuhan anak menyebabkan stunting terjadi di Indonesia.
Angka 7 juta bukan angka yang kecil. Hanya saja, Indonesia patut berbangga karena setiap tahun angka balita stunting terus menurun. Pada tahun 2013, angka stunting mencapai 9 juta. Tahun ini, angkanya menurun tajam, yaitu 7 juta.
Meskipun demikian, bukan hal yang mudah untuk terus menjaga trend penurunan ini. Bahkan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia memberikan perhatikan penuh untuk masalah yang satu ini. Ini pertanda betapa stunting menjadi masalah yang serius.
Anak Pendek Belum Tentu Stunting
Jika Bunda ditanya apa tanda anak mengalami stunting? Jika jawabannya adalah tubuh anak yang pendek, itu jawaban yang kurang tepat.
Stunting tidak hanya ditandia dengan tinggi badan anak yang pendek. Karena bisa saja anak lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya lantaran orang tuanya tidak terlalu tinggi. Jadi, bisa dikatakan tubuh anak yang pendek disebabkan karena faktor genetika.
Maka dari itu, para ahli kesehatan menjelaskan beberapa indikator bahwa anak mengalami stunting selain tubuh anak yang pendek. Ada dua indikasi lagi yang akan meyakinkan Bunda apakah anak stunting atau tidak.
Yang pertama adalah berat badan. Jika berat badan balita cenderung turun, ini membuat Anda semakin yakin bahwa besar kemungkinan anak mengalami stunting.
Yang kedua adalah kemampuan kognitif. Paling mudah untuk dilakukan deteksi ketika anak sudah masuk sekolah. Bunda bisa tanya kepada guru di sekolah bagaimana kemampuan kognitif anak Bunda dibandingkan dengan teman-temannya di kelas.
Jadi, setidaknya ada tiga indikator. Yang pertama adalah tubuh anak pendek. Yang kedua berat badan menurun. Yang ketiga, kemampuan kognitif di bawah rata-rata.