Salah satu makanan yang sering kita jumpai di sekitar adalah berbagai macam gorengan. Untuk membuat gorengan, diperlukan bahan utama yaitu minyak goreng. Minyak goreng yang sudah berulang kali digunakan akan menjadi hitam dan tidak dapat dipakai lagi sehingga berakhir menjadi limbah rumah tangga atau sering disebut dengan minyak jelantah. Apabila dalam sehari satu rumah menghasilkan 200ml minyak jelantah, maka dapat dipastikan dalam satu desa, minyak jelantah yang dihasilkan setiap rumah tangga dapat berpotensi mencemari lingkungan, tak terkecuali di Desa Janggalan yang terletak di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Bermula dari permasalahan ini, para mahasiswa UNNES Giat di Desa Janggalan mencari solusi untuk mengurangi jumlah limbah minyak jelantah yang ada di Desa Janggalan, maka lilin aromaterapi menjadi salahsatu pilihan karena selain mudah dibuat, lilin aromaterapi juga dapat bermanfaat dan dapat bernilai ekonomis. Melalui kegiatan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah, para mahasiswa berkolaborasi bersama ibu-ibu anggota tim penggerak PKK Desa Janggalan. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa UNNES Giat di Desa Janggalan
Defi septiani, mahasiswa UNNES Giat 9 yang menjadi penanggung jawab dari program kerja ini mengatakan, “Minyak jelantah bekas menggoreng ikan asin pun dapat disulap menjadi lilin aromaterapi yang beraroma tak sedap dan berguna untuk kesehatan karena terdapat campuran bahan kimia yang dapat menetralisir bau ikan asin, jadi tidak perlu khawatir aromanya tercampur,” ujarnya.
Untuk dapat menghasilkan lilin aromaterapi, bahan yang digunakan yaitu minyak jelantah sebagai bahan utama, asam stearat, essesnse, dan paraffin. Semua bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah di toko bahan kimia. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu peralatan dapur, di antaranya seperti kompor, panci, sendok pengaduk, cetakan, dan sumbu lilin.
Proses pembuatan lilin aromaterapi pun cukup mudah, caranya yaitu dengan memanaskan minyak jelantah yang sudah disaring, kemudian mencampurkan asam esetarat, essesne atau aorma, dan dicampur paraffin. Apabila ingin menghasilkan lilin aroamterapi yang berwarna, dapat ditambahkan crayon beraneka warna untuk menambah kesan estetika. Tahap terakhir yaitu dengan menuangkan larutan lilin aromaterapi ke dalam gelas cetak yang sudah diberi sumbu, kemudian ditunggu sampai mengeras.
Lilin yang dihasilkan akan mengeras selama 15-30 menit, sesuai dengan campuran paraffin yang ada pada larutan lilin aromaterapi. Semakin banyak paraffin, maka lilin akan semakin cepat mengeras. Lilin aromaterapi yang telah mengeras, ketika sumbunya dibakar akan mengeluarkan aroma sedap sesuai dengan essense yang telah dicampurkan dan aroma minyak jelantah sudah tidak tercium lagi karena campuran bahan kimia asam stearate akan menetralisir aroma tak sedap dan warna gelap yang berasal dari minyak jelantah.
Dalam pelatihan ini, ibu-ibu anggota PKK sangat antusias dalam menyimak dan memperhatikam proses pembuatan lilin aromaterapi. Banyak dari para peserta pelatihan yang meminta berbagai rekomendasi toko untuk membeli bahan-bahan yang digunakan dan aternatif pembuatan lilin aromatepi. Mereka juga berharap dapat membuat sendiri dengan kreasi khas masing-masing dan dapat mengajarkan kepada masyarakat luas tata cara pembuatan lilin aromateapi sehingga permasalahan minyak jelantah ini dapat berkurang di lingkungan desa Janggalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H