Oleh: Hani Suhastifa Rambe
Industri tekstil adalah salah satu proses industri yang paling tidak ramah lingkungan karena limbah terkontaminasi bahan kimia. Sekitar 10.000 jenis pewarna yang berbeda digunakan di industri tekstil. Pewarna sintesis sering digunakan dalam pembuatan tekstil dan sektor industri seperti metil jingga dan metil merah.
Pewarna tersebut memiliki kelebihan dapat terikat kuat pada kain, sehingga tidak mudah luntur dan memberikan warna yang baik serta tidak mudah rusak oleh perlakuan kimia. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat terurai secara hayati, menyebabkan kerusakan biota air dan bersifat karsinogenik.
Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu teknologi penurunan zat warna tekstil yang canggih, ramah lingkungan dan telah mendapatkan perhatian karena kelayakannya. Teknologi ini cepat dan efektif tanpa menghasilkan polusi sekunder dalam air.
Pemanfaatan sinar matahari dengan menggunakan seng oksida (ZnO) sebagai semikonduktor memiliki hasil penurunan zat warna tekstil yang tinggi. ZnO memiliki aktivitas fotokatalitik dalam menyerap radiasi UV. Sinar UV yang diserap akan bereaksi sehingga menghasilkan endapat zat warna, CO2 dan H2O.
Diketahui bahwa mengecilkan ukuran partikel ZnO dengan halus dan homogen salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan luas permukaan penyerapan.
ZnO yang di biosintesis menggunakan ekstrak tumbuhan, seperti kulit jeruk dan kulit pisang akan menghasilkan penurunan zat warna yang ramah lingkungan, karena kandungan senyawa fenolik dan flavonoid berperan penting dalam proses reduksi ion logam.
Pemanfaatan ZnO biosintesis ekstrak kulit jeruk dengan bantuan sinar UV mampu menurunkan zat warna sebesar 90 %. Teknologi ini merupakan metode penurunan zat warna yang menjanjikan dan hemat biaya pada industri tekstil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H