Dalam era ini, mahasiswa sebagai generasi digital native memiliki keunggulan dalam memahami dan mengadopsi teknologi baru dengan cepat. Mereka mampu memanfaatkan kemajuan digital untuk mengembangkan keterampilan, menjalin koneksi, dan mengakses informasi secara lebih efisien. Mengingat, internet telah mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain saat ini.
Lebih lanjut, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam menciptakan inovasi dan solusi baru dalam dunia digitalisasi yang terus berkembang ini. Mereka memiliki potensi untuk mengubah paradigma bisnis tradisional dan menciptakan peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sehingga potensinya perlu diwujudkan.
Peran mahasiswa dalam digitalisasi tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi, tetapi juga mencakup potensi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mahasiswa dapat mengambil peran aktif dalam mengatasi kesenjangan digital dengan menginisiasi program-program pelatihan digital bagi masyarakat sekitar, tanpa terkecuali.
Misalnya saja kampanye #MeToo yang terjadi pada 2017 lalu. Kampanye ini menjadi salah satu gerakan sosial terbesar dalam sejarah dengan tujuan untuk mengungkapkan dan mengatasi isu pelecehan seksual yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Melalui media sosial, para mahasiswa dan pemuda berpartisipasi dengan membagikan pengalaman pribadi, memberikan dukungan, dan mengadvokasi perubahan.
Melalui keberanian mereka untuk berbicara dan mendukung satu sama lain, kampanye #MeToo berhasil mengguncang tatanan sosial, memicu perubahan budaya, dan membangun kesadaran tentang isu pelecehan seksual di seluruh dunia. Peran para mahasiswa dan pemuda dalam kampanye ini memberikan bukti nyata tentang cara mereka menciptakan kekuatan dalam membawa perubahan sosial yang signifikan.
Meskipun banyak sejarah baik tentang pemanfaatan internet di Indonesia, nyatanya masih terdapat ketimpangan yang besar dalam penggunaannya di setiap wilayah Indonesia. Hal tersebut didukung dengan hasil survei The Economist's Inclusive Internet Index 2020 oleh Facebook yang dilakukan di 100 negara yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat 63 secara keseluruhan dalam hal akses internet.
Mengetahui hal tersebut, mahasiswa justru diharapkan dapat mengembangkan solusi progresif dalam mengatasi masalah ini. Mereka dapat berkontribusi dalam meningkatkan aksesibilitas internet di wilayah-wilayah terpencil melalui berbagai inisiatif, seperti membangun infrastruktur internet yang lebih baik dan memberikan pelatihan digital kepada masyarakat setempat.
Dalam kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif secara digital. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa semua orang di Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses dan memanfaatkan potensi yang ditawarkan oleh digitalisasi.
Selain itu, berkolaborasi dengan startup lokal akan memberi mereka kesempatan untuk merasakan dunia bisnis digital secara langsung, sementara mengikuti program pelatihan digital memperkuat keterampilan mereka. Membangun koneksi dengan para profesional dan pengusaha menghadirkan peluang magang dan kerja, sementara portofolio digital mereka menunjukkan kemampuan dan potensi mereka kepada dunia.
Dalam kasus nyata di Indonesia, mahasiswa memiliki kekuatan untuk mendorong perubahan dan mencapai keberhasilan dalam era digital yang terus berkembang. Mereka dapat menjadi kekuatan penggerak dalam masyarakat dengan mengambil langkah-langkah inisiatif yang kuat dan berani. "Hanya karena sesuatu tidak pernah dilakukan sebelumnya, bukan berarti itu tidak mungkin dilakukan," ungkap Steve Jobs, pendiri Apple Inc.
Ungkapan di atas dapat dimaknai sebagai sebuah inspirasi bagi mahasiswa dalam era digital ini. Agar mereka menjadi inovator, penjelajah, dan pemimpin yang berani, dan mampu membuktikan bahwa pemuda memiliki kekuatan untuk menemukan keberhasilan di tengah perubahan yang terus berlangsung.