Surya Namaskara, Rusa Timor, dan Pasir Putih:
Pernahkah anda ingin menghilang, berhenti sejenak dari rutinitas, sekaligus berkontribusi untuk konservasi dan pariwisata berkelanjutan?
Ada tempatnya : TWA Gunung Tunak. Sebuah surga tersembunyi di Pujut, Lombok Tengah, tak jauh dari Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Kami berkesempatan ke tempat ini berkat kerjasama Kompasiana dan Kemenparekraf.
Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan kawasan konservasi seluas 1217 ha dengan bentang alam hutan, bukit, dan pantai. Di bawah manajemen BKSDA NTB, pecinta sport bisa bersepeda, hiking, outbond, dan bird watching di hutan hujan tropis nan eksotis.
Taman Wisata Alam Gunung Tunak terpilih di antara taman nasional Indonesia untuk mendapat suport dari Pemerintah Korea Selatan. Salim, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Tunak, telah mengikuti training ke Jeju Korsel.
Karena butuh waktu lebih dari sehari untuk bereksplorasi, pengunjung bisa menginap di Tunak Cottage. Ada hanbok dan patung khas Korea di sini. Untuk mengurangi sampah, air minum di kamar diletakkan dalam botol kaca, bukan botol minuman kemasan. Sederhana namun menunjukkan keberpihakan pada kelestarian.
Sebagai welcome drink, tersaji wedang hangat dari rempah cabe jawa, jahe, dan ketan hitam sangrai. Tambahkan gula sesuai selera, dan stamina bangkit lagi selepas perjalanan jauh.
Kala lapar melanda, tersaji sup gurita dan pindang ikan segar hasil tangkapan nelayan. Fresh dan tidak amis. Somehow sup gurita ‘kenonong perengking’ ini mengingatkan saya pada sup gurita di Korea.
pagi hari dengan berenang di infinity pool atau beryoga dengan latar pemandangan menawan. Sungguh kesempatan langka bisa melakukan gerakan surya namaskara di tempat seindah ini. Matahari dan laut rasanya dekat saja.