Lihat ke Halaman Asli

Hani Rai

Belajar jadi petani

Sensasi Memasak Ayam Merangkat di Eks Tambang Pasir

Diperbarui: 6 Desember 2021   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Wisata Bilebante Menyambut Tamu (dok pribadi)

Mungkinkah kawasan galian C berubah jadi tempat konservasi ?

Mungkin ! Ya, Desa Bilebante, Lombok Timur, NTB telah membuktikannya. Dump truck yang bolak balik mengangkat pasir tumpahan Gunung Samala membuat Ispa merebak. Infeksi saluran pernafasan atas muncul karena partikel pasir memenuhi udara, apalagi belum ada masker. Penambangan pasir juga membuat degradasi lingkungan dan hilangnya beberapa tanaman, salah satunya pohon secang/sappanwood.

Untunglah perangkat desa, dinas kesehatan, bersama masyarakat bisa duduk bersama membahas masa depan Bilebante. Hasilnya : Peraturan Desa untuk menutup penambangan pasir dan melarang pembangunan di area pertanian ! Langkah berani di tahun 2014 ini merubah jalan hidup Bilebante. Berkat keuletan dan kerjasama seluruh stakeholder, tambang pasir pun berubah haluan menjadi desa wisata.

Bilebante, berasal dari kata bile (buah maja-simbul kesuburan), dan bante (pohon yang melilit), diartikan sebagai desa yang subur dan bersatu padu. Di sini, muslim - hindu hidup harmonis bersama-sama. Jika berkunjung ke tempat ini, anda akan bertemu dengan hamparan sawah, kolam ikan, dan pepohonan hijau. Ada beberapa paket wisata yang ditawarkan, seperti bersepeda, terapi kebugaran, lembah gardena, kebun herbal, hingga cooking class. Atau datanglah kala Pasar Pancingan, tiap hari minggu jam 07.00-14.00 WITA yang menampilkan produk UMKM setempat.

Geliat UMKM Perempuan yang Gigih  

Perempuan menjadi aktor penting pengembangan UMKM dan desa wisata. Bermodal beras dari Kepala Desa, Bu Zaenab, Ketua UMKM Bilebante, secara otodidak memberi pelatihan pengolahan pangan. Usaha makin berkembang dengan pengolahan aneka produk pertanian setempat. Lalu terbentuklah Koperasi Putri Rinjani. Dengan simpanan pokok Rp 500.000,- koperasi simpan pinjam ini memutar modal usaha untuk anggota.

Dari 20 anggota, kini anggota koperasi berkembang hingga 48 kelompok dan menyebar di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Tengah. Inilah yang membuat UMKM ini memiliki kelompok plasma, sehingga mampu meningkatkan skala produksi kala ada permintaan produk dalam jumlah besar. Muncullah standardisasi dan teknologi pengolahan pangan. Pengemasan produk pun digarap. Sebut saja Kripik/tortilla kolangkaling, banana roll, dodol terong, dodol rumput laut, sambal cengek, hingga lemongrass tea. Produknya unik, rasanya asik, dan kemasannya menarik.

Di Bilebante sendiri ada 12 kelompok yang aktif membuka lapak kala Pasar Pancingan. Berlabel Tapona Food, pemasaran produk pangan ini sempat terhalang di masa pandemi. Namun UMKM pangan merupakan kelompok grass root yang paling mampu bertahan. Semoga bisa berlanjut merambah ke marketplace supaya pemasaran makin luas.

Produk Tapona Food (dok pribadi)

Jadi Chef Dadakan di Cooking Class   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline