Lihat ke Halaman Asli

Maraknya Self-Diagnosis Berkaitan dengan Kesehatan Mental

Diperbarui: 17 Oktober 2022   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhir-akhir ini, kesehatan mental mulai menjadi buah bibir publik dan topik pembicaraan yang hangat di berbagai kalangan, utamanya mahasiswa. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan macam-macam gangguannya membuat kita dapat lebih memposisikan diri serta menghargai perasaan orang lain. Kita juga menjadi lebih sadar dan peduli akan diri sendiri serta lingkungan sekitar. Akan tetapi, alih-alih pergi ke psikolog atau psikiater justru tidak sedikit orang yang menganggap dirinya sendiri pengidap penyakit mental atas dasar diagnosis diri sendiri.  

Parahnya, mendiagnosis kesehatan mental tanpa dasar ilmu yang benar nanti justru akan menjadi boomerang. Dalam hal ini, kita tidak boleh langsung mendiagnosis diri kita mengalami depresi, bipolar ataupun penyakit mental lainnya hanya karena kita merasakan perasaan senang dan sedih bergantian dalam waktu yang singkat. Sejatinya, setiap diagnosis kesehatan mental sudah ada prosedurnya. Selain itu, ada beberapa orang yang menggunakan hasil diagnosis diri sendiri sebagai tameng dalam kehidupan sosial, tentu saja hal tersebut merugikan banyak pihak. Jika kita merasa kesehatan mental kita terganggu, maka segerakan pergi ke psikolog atau psikiater, bukan justru mendiagnosis diri kita sendiri tanpa dasar ilmu yang mumpuni. Mari sayangi diri sendiri dan tingkatkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar kita saat ini. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline