Lihat ke Halaman Asli

So... Yes or No?

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku baru tahu sejak menginjakkan kaki disini, kenapa kita-kita di Indonesia selalu mengidentikkan orang India dengan gelengan kepalanya dan kata-kata "Acha..acha". Jadi inget boneka yang kepalanya ada pegas-nya, persis! Walaupun notabene UAE adalah Negara Arab, bahasa pengantar disini adalah bahasa Inggris. Penduduk lokalpun, mau tidak mau juga harus berbahasa Inggris.

Pertama kali, sebenernya aku lega karena aku nggak bisa bahasa Arab. Tapi lama-lama, walaupun sebagian besar mengerti bahasa Inggris, komunikasi tidak selancar yang aku kira. Setiap orang bicara dengan dialek masing-masing, dan dengan pengertian masing-masing mengenai bahasa Inggris. Jadinya? ribeeett! Aku sering diprotes karena pengucapan huruf F dan V juga huruf mati K dan G yang terdengar sama. Waktu aku bilang 'vacancy' mereka bakal protes "Its not like you saying facancy, but almost like 'wacancy'. Not fi, but wi," lain lagi dengan kata log. "Its logggg, not lok," Gggrrhh! Lama-lama frustasi juga, akhirnya aku nyelutuk, "Aaggrh.. c'mon guys! You understand what I'm talking about, right?!" Mereka cuma nyengir.

Lain lagi dengan orang-orang Philippines. Mereka mengucapkan f, dengan p. fifty menjadi pipty. Pipty pipe. Sampai mereka terkenal dengan komunitas "pipty-pipty" hehehe. Bahasa Tagalog terpengaruh bahasa Spanyol, pengucapan dan bahasa mereka pun hampir mirip. Vacation yang umumnya diucapkan 'vaca-syen' menjadi "vacasi-on" untuk mereka. Lucunya, kata-kata dalam Tagalog pun banyak yang mirip dengan bahasa Indonesia. Kambing, mata, ako (aku), dan takot (takut) diantaranya. Aku jadi ragu, kenapa bahasa Indonesia mirip kanan-kiri? Termasuk juga mirip bahasa Arab (musyawarah, musykil, senin/itsnain, selasa/tsalatsa, sabar/sabr dll).

Bahasa Arab lebih unik lagi. Karena alphabet mereka berbeda, mereka tidak dapat mengucapkan dengan mudah kata-kata dalam bahasa lain, terutama dengan huruf c dan p. Kata pen menjadi ben. Pizza Hut menjadi Bizza Hut. Bebsi (Pepsi). Kouka-koula. Semua itu tertulis dengan pede-nya di papan plang toko. Nama toko memang selalu ditulis dalam dua versi, English & Arabic. Kalau yang bisa membaca tulisan Arab pasti ngerti apa yang aku maksud. Gimana menulis versi Arabic dari kata-kata proclamation? pikir aja sendiri!

Saat bertemu muka, pengucapan bisa dibantu dengan 'body language' dan 'hand language' (bayangkan betapa ribetnya waktu kita ngobrol! Tangan kemana-mana… hahaha). Susahnya, kalau ngomongnya lewat telepon. Haduh! Terutama masalah nama. Seperti namaku. Wuri.

"Hallo, Ms. Worry?"

"Ya.. but no. Wuri. W-U-R-I. Anyway, just call me Hani. My friend called me that. H-A-N-I,"

"No, you are not Hani”

Huh? What do you mean?

Hani is a boy name in Arabic. You are a girl, so your name should be Hana!” Dasar ini orang! Dibilangin kok ngotot!

Pengalaman teman, lain lagi. Salah satu supplier (Arabic) menelepon, ingin mengirimkan daftar harga lewat fax. Si supplier menelepon untuk konfirmasi nama.

“Hello, Mr. Bardiev?”

No, Pradeep,

Barbed?”

No, Pradeep! P-R-A-D-E-E-P,”

Ok, anyway.. we will send you the price list through fax,” Waktu fax nya diterima, yang tertulis: Mr. Barbeque. Hahahaa.. .

Gara-gara ini pula, setiap orang jadi seperti anak TK waktu mengucapkan nama atau nama tempat. Setiap huruf harus di spelling satu-satu, A for Apple atau Alpha, B for Bombay, etc. Parahnya, tidak semua orang hafal kode-kode radio ini dan jadi sibuk berpikir waktu mau spelling. Ada yang bilang, ‘L for Leg’ atau malah jadi salah kaprah, ‘J for Germany’ wooopss!

Orang India secara umum termasuk yang lumayan jelas pengucapan bahasa Inggrisnya, walaupun mereka punya dialek yang khas. Hanya untuk pengucapan huruf vocal yang sedikit kacau (contoh: pengucapan a menjadi ‘ya’, tapi anehnya, kata-kata yellow diucapkan menjadi ‘ellow’. Masalah lain, gelengan kepala mereka! Untuk situasi apapun dan perkataan apapun, gelengan khasnya pasti muncul. Hingga untuk suatu diskusi: “So yes..?” (kataku sambil menganggukkan kepala) or no..?” (kataku lagi sambil menggelengkan kepala) Si India berpikir sejenak, kemudian “Yes!” (sambil tetap menggelengkan kepala). Aduhhhhhh!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline