Lihat ke Halaman Asli

Interaksi Sosial Persiapkan Anak dalam Belajar

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berbicara mengenai otak tidak akan pernah ada habisnya. Otak kita memiliki carakerja yang sangat rumit. Otak memerlukan stimulus agar dapat mengaktifkan sinapsis-sinapsis dalam neuron sebagai prapembelajaran yang akan terjadi. Penciptaan pengalaman-pengalaman sangat penting dalam pembelajaran, karena dalam belajar, sebenarnya tidak benar jika kita mulai belajar benar-benar dari nol. Sejak dari dari kandungan pun seorang bayi telah mengoneksikan dan merespon pembelajaran yang terjadi. Misalnya music klasik baik untuk bayi yang ada di kandungan. ini berarti sejak dalam kandungan pun seoranng bayi sudah dapat merespon pembelajaran yang di lakukan dalam kandungan. Ki Hajar Dewantara melontarkan mengenai Tri Pusat Pembelajaran, yaitu pembelajaran yang terjadi di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui pergaulan-pergaulan dan interakksi dengan orang lain, pengalaman-pengalaman akan tercipta. Semakin banyak pengalaman yang di miliki anak, maka akan semakin baik pula proses pembelajaran yang dilakukan, karena dalam pembejaran, otak akan lebih mudah belajar jika telah mengalami hal yang telah dialami, koneksi antarneuron pun akan lebih cepat dan merekat, karena informasi-informasi yang terjadi telah dikenali.

Sebagai orang tua anak di rumah atau pun di sekolah, kita harus ingat bahwa yang berperan dalam proses pembelajaran bukan haya pengetahuan atau pengalaman. Bukan hanya pikiran, namun juiga perasaan yang melibatkan emosi. Sentuhan, sekecil apapun, memberi dampak besar bagi anak.
di rumah, misalnya, sentuhan dari orangtua, merupakan pembelajaran bagi anak, bahwa ia merasa aman dan disayangi orangtuanya. Mengenali kebutuhan dan kepribadian anak akan membantu orangtua dalam memberikan bentuk sentuhan yang tepat pada waktu yang tepat. Jangan sepelekan sentuhan-sentuhan kecil ini.

Jangan asal berkata "Sudah, lupakan saja" atau "Kamu seharusnya nggak perlu merasa seperti itu," saat anak sedang mengalami masalah atau bermasalah dengan emosi negatifnya. Cara seperti ini takkan efektif, dan terekam dalam otak anak yang akhirnya berpengaruh pada kepribadiannya saat dewasa.
Saat anak memiliki emosi negatif, ajarkan mereka untuk mengatasinya bukan mengabaikannya. Ajak anak mengatasi perasaan dan mencari solusi untuk mengubah emosi negatif menjadi lebih positif. Biasanya anak selalu memerhatikan dan belajar dari setiap perilaku orang terdekatnya. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan emosi sangat diperlukan.

Interaksi sosial sangat diperlukan. Interkasi sosial akan dapat melatih otak dalam bekerja. Kenapa? Karena dalam berinterksi (interaksi dengan teman sebaya misalnya) akan dapat menimbulkan berbagai masalah, yang tentunya bukan berarti masalah tersebut merupakan maslah yang sangat kompleks dan berat. Maslah-masalah yang timbul memerlukan pemecahan, sehingga anak akan terlatih dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat melatih keaktifan otak. Otak akan merespon kuat hal-hal yang menantang dan baru. Untuk menemukan hal yang baru. Dengan begitu melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya sedari dini akan membantu mereka saat sekolah nanti. Anak akan lebih siap untuk mulai sekolah.

Dan jangan lupa, nutrisi juga sangat berperan penting dalam memberikan makanan bagi otak :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline