Kain jarik, salah satu warisan budaya Nusantara yang kaya akan nilai sejarah dan tradisi, kini menjadi salah satu koleksi di Museum Transmigrasi Bagelen, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Museum ini menyimpan berbagai koleksi benda bersejarah yang berkaitan dengan kehidupan para transmigran di Lampung. Dalam hal ini, kain jarik termasuk sebagai salah satu benda yang berperan penting dalam menggambarkan kehidupan sehari-hari para transmigran. Masyarakat transmigran yang dimaksud disini ialah orang-orang jawa yang bertransmigrasi ke daerah Lampung.
Kain Jarik merupakan sebutan dalam bahasa Jawa untuk sebuah kain panjang bermotif batik dengan berbagai corak. Kain jarik sudah ada dari jaman kerajaan Majapahit. Kata "Jarik" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang merupakan singkatan dari kalimat "Aja Gampang Sirik" atau jangan mudah iri hati. Kain ini dulu digunakan oleh masyarakat sebagai pakaian sehari-hari, terutama dalam budaya Jawa dan juga beberapa daerah di Sumatra dan Bali. Setiap motif pada kain jarik memiliki filosofi dan simbolik tertentu yang terkait dengan kehidupan sosial dan adat. Koleksi kain jarik ini didapatkan melalui kerjasama antara pihak museum dengan masyarakat lokal serta kolektor benda-benda budaya. Proses pengumpulan kain jarik dan benda bersejarah lainnya memerlukan waktu bertahun-tahun, dan melibatkan sejumlah tokoh adat dan budayawan untuk memastikan setiap koleksi yang dipamerkan memiliki keaslian dan nilai sejarah.
Keberadaan kain jarik sebagai salah satu koleksi di Museum Transmigrasi ini dianggap penting karena dapat memberikan wawasan tentang sejarah dan tradisi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat transmigran jawa di Lampung. Banyak pengunjung yang tertarik melihat detail setiap motif kain yang beragam yang dianggap memiliki kekuatan magis dalam budaya lokal. Selain itu, kain jarik dianggap sebagai bukti kuat adanya akulturasi budaya di Lampung, mengingat banyak motif yang memadukan unsur lokal dan pengaruh budaya dari Pulau Jawa maupun Sumatera lainnya.
Dengan hadirnya koleksi kain jarik di Museum Transmigrasi Bagelen ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap budaya lokal dan membangkitkan kesadaran pentingnya melestarikan warisan nenek moyang. Koleksi ini menjadi pengingat bahwa kain jarik bukan hanya simbol budaya, tetapi juga bagian dari identitas bangsa yang harus dilestarikan agar tidak punah di tengah derasnya arus modernisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H