Keishia Thorpe adalah seorang guru sekolah menengah yang sudah 16 tahun mengajar anak-anak imigran di Amerika Serikat. Keishia mengajar bahasa Inggris kelas 12 di International High School Langley Park in Bladensburg, Maryland.
Sekolah yang 85% siswanya merupakan hispanik dan 95% di antaranya berpenghasilan rendah. Atas dedikasi yang luar biasa, ia dinobatkan sebagai guru terbaik di dunia versi UNESCO, dan berhak mendapatkan hadiah sebesar US$ 1 juta dolar atau sekitar Rp 14 miliar. Namun kisah keberhasilan terbaik menurutnya adalah ketika bisa membawa perubahan pada para anak didiknya.
"Ini untuk mendorong setiap anak laki-laki dan perempuan kulit hitam kecil yang terlihat seperti saya, dan setiap anak di dunia yang merasa terpinggirkan dan memiliki cerita seperti saya, dan merasa mereka tidak pernah berarti. Kita harus memastikan agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama yang tidak dibatasi oleh UU yang diskriminatif,".
Alasan Keishia menjadi guru bagi anak-anak tersebut karena mereka sama seperti dirinya. Ia tumbuh dalam kemiskinan di Jamaika, sebelum mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat. Saat merintis sebagai tutor sekolah di kota, ia melihat kurangnya kesempatan yang dihadapi oleh siswa.
Ia lantas memulai perjuangannya mengentas ketimpangan itu dengan menjadi advokat bagi siswa minoritas untuk mendapatkan akses yang sama dalam pendidikan. Hari-hari diisinya dengan memberikan layanan dukungan tidak berbayatr alias gratis untuk para siswa imigran dan keluarga mereka.
Tidak hanya itu Keishia juga memenangkan penghargaan UNESCO, sebagai guru yang menginspirasi para siswanya,membantu para siswanya untuk persiapan ke perguruan tinggi, memperluas akses subsidi seperti bantuan keuangan dan beasiswa penuh. Dan menjadi pemenang hadiah utama dalam kategori 'Lifechanger of the Year' Grand Prize Winner untuk tahun 2018-2019.
Apa yang menarik dari cerita itu adalah bahwa peran untuk memajukan siswa bisa dimulai dari siapa termasuk dari guru seperti Keishia, namun itu tidak sepenuhnya hanya menjadi tanggungjawabnya. Keharusan untuk memajukan pada siswa, mendorongnya menjadi lebih baik adalah kewajiban kolektif--kolaborasi dari semua pihak--sekolah, guru, orang tua dan siswa sendiri.
Tanggungjawab Kolektif
Banyak masalah disekolah timbul karena perbedaan pemahaman, kesalahpamahan, antara parapihak yang ada disekolah dan yang berkaitan dengannya--termasuk para orang tua, sehingga solusinya harus diselesaikan bersama.
Seorang bapak yang baru pulang dari sekolah di luar negeri dengan membawa keluarganya protes keras pada gurunya. Ternyata anaknya mengadu, karena saat pelajaran agama mereka mendapat materi pembelajaran yang menurut anaknya mengajarkan sikap membenci penganut agama lain.
Lantas protesnya juga bertambah karena di sekolahnya yang baru, anaknya dipaksa harus bisa membaca atau akan diturunkan kelasnya. Padahal saat bersekolah di luar negeri, anak seusia mereka lebih fokus di beri pengertian tentang nilai-nilai sosial, bagaiaman berkomunikasi, menjalin hubungan, mengatasi konflik.