Lihat ke Halaman Asli

Heznie Wulandari

Guru Sekolah Dasar

Mengurai Trauma Masa Kecil

Diperbarui: 8 Januari 2024   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar milik istock

Peristiwa atau kejadian buruk yang menimpa seseorang pada masa lalu kerap membekas dalam pikiran. Tak jarang membuat seseorang merasakan ketakutan, cemas, atau tidak nyaman bahkan menangis  saat mengingat akan peristiwa tersebut. Kondisi tersebut bisa jadi adalah trauma.  Trauma adalah kondisi akibat riwayat luka baik secara fisik maupun emosional.

Seseorang yang mengalami trauma biasanya akan merasa ketakutan atau terancam walaupun kejadiannya sudah lama berlalu. Penyebab seseorang mengalami trauma adalah pengalaman atau peristiwa yang membekas seperti perundungan, kekerasan verbal maupun fisik dari orang terdekat maupun orang lain, kekerasan seksual, kecelakaan, kematian orang terdekat, dan masih banyak penyebab lainnya.  


Lalu bagaimana ketika peristiwa yang menimbulkan trauma terjadi pada masa kanak-kanak?

Melati adalah siswa kelas 3 pada salah satu sekolah swasta di kota penyangga ibukota. Suatu hari setelah pulang sekolah dan berganti pakain, Melati berniat untuk membeli jajanan di sekolah tempat Kakaknya yang bernama Bintang. Kebetulan Bintang bersekolah di sekolah dasar negeri kelas 4. Melati memilih jajanan berupa mainan yang dijajakan oleh penjual didepan sekolah sang kakak. Tiba-tiba murid SMP yang sejak tadi duduk di salah satu pedagang menghampirinya. 

"Kamu adiknya Bintang ya?". Tanya murid SMP itu yang Melati tidak tahu namanya, "Iya.". Jawab Melati

"Kamu nggak tahu, Bintang lagi berantem sama Agus di lapangan bola sana". Murid SMP itu menunjuk  lapangan yang memang ia ketahui. "Hah. yang benar?". Tanya Melati khawatir. "Ayo, kesana lihat kalau nggak percaya". Ajak Murid SMP itu.

Karena khawatir dengan keadaan kakaknya, Melati ikut saja ketika murid SMP itu mengajaknya ke arah lapangan yang tidak jauh dari sekolah tempat Bintang belajar. Murid SMP itu mengajak Melati menyusuri kebun disekitar lapangan. Sebenarnya pintu masuk lapangan berada didalam kompleks perumahan. Namun murid SMP itu malah  mengajak Melati ke arah lapangan melalui kebun pisang."Dimana abang saya, kok nggak ada". Tanya Melati masih panik.

Namun tiba-tiba murid SMP itu mendorong Melati hingga duduk persis dibawah sebuah pohon pisang. Kemudian murid SMP itu berusaha membuka celana biru yang dikenakannya. Saat itu ia masih memakai seragam sekolah lengkap dengan tas selempang dan sepatunya. Ia agak kesulitan membuka celana sepertinya karena menggunakan sabuk. 

Melihat hal seperti itu, Melati langsung teringat oleh ucapan ibunya, untuk lari ketika ada orang asing yang akan berbuat jahat padanya.  Melati takut dan langsung berusaha kabur, ia berlari kencang sekali hingga murid SMP itu tidak bisa mengejarnya. Sepanjang perjalanan Melati berusaha menahan tangis. Kebun pisang dan rumah yang berjarak lumayan jauh berhasil Melati lewati. Dan alangkah kagetnya Melati dirumah sudah ada Bintang.  Sambil mengatur nafas yang masih terengah-engah, Melati bertanya pada bintang, "Abang, kok abang dirumah? katanya abang berantem sama Agus?".  Tanya Melati masih dengan nafas tersengal-sengal karena ia berhasil lari dari percobaan pelecehan. "Nggak kok, kata siapa?".  Jawab Bintang. "Abang nggak berantem sama siapa-siapa". Katanya lagi.

Melati tidak mungkin menceritakan kejadian yang baru saja ia alami pada kakaknya, pun kedua orang tuanya. Melati tahu betul sifat ayahnya yang kemungkinan besar akan sangat marah mendengar putri kecilnya hampir dinodai. Atau malah lebih buruknya, ayahnya kan melaporkan anak itu pada pihak yang berwajib. Biarlah ini menjadi rahasiaku, pikir Melati saat itu. Toh ia berhasil kabur dan kejadian mengerikan itu tidak sampai terjadi.  Melati tidak tahu persis nama murid SMP yang berusaha melakukan rudupaksa padanya, yang ia tahu rumah murid SMP itu masih satu lingkungan dengannya dan ayahnya pasti kenal betul dengan keluarga murid SMP itu.

Bertahun-tahun Melati merahasiakan kejadian mengerikan tersebut. Sebisa mungkin ia menghindari bertemu dengan anak itu. Pernah satu kali saat Melati sudah duduk dibangku SMP, tanpa sengaja Melati bertemu dengan anak yang dulu hampir melecehkannya.  Anak itu sudah SMA kelas 3 mungkin, ia sedang menunggu angkutan umum. walaupun susasana pagi itu sangat ramai, ia tak bisa menutupi rasa takutnya. jantung Melati berdetak kencang sekali, ia takut.  Namun karena jalan itu adalah satu-satunya jalan menuju sekolah, Melati terpaksa melewati jalan itu. Ia menutup wajahnya agar tidak dikenali oleh anak tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline