Lihat ke Halaman Asli

Dibalik Jargon "4 Sehat 5 Sempurna"

Diperbarui: 20 Januari 2016   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://www.tokohindonesia.com/index2.php?option=com_resource&task=show_file&id=65247&type=thumbnail_article"][/caption]

Jargon 4 sehat 5 sempurna pasti tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, semboyan itu sangat berperan dalam menunjang pengembangan perbaikan gizi di Indonesia.

Namun, tahukah Anda siapakah pencetusnya??

 

Jika dilihat kilas balik keadaan bangsa Indonesia yang merupakan negara berkembang dan bekas negara jajahan, tidak dapat dipungkiri jika banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan tersebut akan berdampak kepada pola hidup sehat masyarakat. Rata-rata masyarakat apatis terhadap kesehatan tubuh dan lingkungannya. Sikap tersebut yang mengakibatkan banyak sekali anak-anak Indonesia yang mengalami gizi buruk.

Berdasar alasan itulah Indonesia melakukan upaya peningkatan kualitas gizi anak Indonesia dan akhirnya keluarlah jargon kesehatan nutrisi nasional “4 sehat 5 sempurna”

 

Semboyan “Empat Sehat Lima Sempurna” itu dicetuskan oleh (alm) Prof. Dr. Poorwo Soedarmo. Beliau juga didaulat sebagai Bapak Gizi Indonesia. Dilahirkan di Malang pada tanggal 20 Februari 1904, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Kedokteran STOVIA 23 tahun kemudian dan mendapat ijazah dokter di zaman Jepang dari Ida Gaigako. Seusai menamatkan studinya ia kembali ke Indonesia untuk dapat mengabdikan ilmu dan pengetahuannya kepada Indonesia. Langkah pertamanya adalah dengan mendirikan Akademi Ahli Diit dan Nutrisionis, yang kemudian menjadi Akademi Gizi, bersama dengan ahli gizi asal Belanda.

Latar belakangnya adalah pada saat itu keadaan gizi dan makanan rakyat Indonesia belum baik, sehingga berdampak terhadap kualitas sumber daya manusianya. Oleh sebab itu menteri kesehatan memberikan amanat yang tegas untuk dapat membantu rakyat melalui perbaikan gizi. Poorwo akhirnya berfokus terhadap dua bidang yang menurutnya sangat mendesak untuk segera dilaksanakan yaitu penelitian gizi, melanjutkan apa yang sudah dan sedang dilakukan oleh para ahli Belanda; dan mendidik kader atau tenaga ahli gizi dalam berbagai tingkatan.

Pada tanggal 13 Maret 2003 hari Kamis, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menghembuskan napas terakhirnya di usia 99 tahun pada pukul 17.45 dan dikebumikan pada hari Jumat pukul 13.30 di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Di tahun 2014, pemerintah Indonesia melalui kementrian kesehatan kemudian resmi menggunakan jargon Gizi Seimbang sebagai perkembangan dari jargon Empat Sehat Lima Sempurna yang dicetuskan Poorwo Soedarmo enam dekade silam karena sudah dianggap tidak relevan dengan kebutuhan zaman. Namun, kita patut bangga dengan inisiatif dan usaha beliau yang memperjuangkan perbaikan gizi rakyat Indonesia.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline