Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Pipiet Senja: Kreasi Aksara di Atas Derita Thallasemia

Diperbarui: 13 Januari 2016   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://4.bp.blogspot.com/-hy0ST4C4iew/Vg9qVnmaE5I/AAAAAAAAYos/SLT0Nb2mrC0/s1600/fotopipietsenja1.jpg"][/caption]Pipiet Senja adalah seorang penulis yang telah menerbitkan banyak buku. Dibalik kelihaiannya dalam menulis, siapa sangka ia menderita penyakit thalasemia. Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan yang mana tubuh tidak memproduksi cukup hemoglobin sehingga mengakibatkan jumlah hemoglobin di dalam tubuh sedikit. 

Meskipun ia memilki penyakit serius, ia tak patah semangat untuk melakukan hobinya. Ia tak merasa terbatas meskipun hidup dalam keterbatasan kesehatan. Kisah hidupnya itu menjadi inspirasi dalam membuat novel “Tembang Lara” yang menceritakan seorang gadis penderita thalasemia.

Produktivitasnya yang membuat orang sehat merinding melihatnya. Di atas duka thalasemia yang menyurutkan tekadnya untuk memacu dirinya dalam berkarya dan menularkan budaya menulis kepada semua orang. Karya-karya Pipiet Senja begitu banyak dan dapat digunakan sebagai bacaan bagi anak-anak dan segala umur.

Pipiet Senja merupakan salah satu penulis yang peduli terhadap generasi muda Indonesia, yang dibuktikan dengan banyaknya buku cerita anak-anak yang berhasil ia tulis. Buku anak-anak sangat diperlukan, sebab di era sekarang ini banyak penulis yang kurang tertarik untuk mengembangkan keterampilannya di bidaang cerita anak-anak.

Semangatnya dalam menulis sangat mengagumkan. Kebanyakan orang malas untuk melakukan suatu hal, ketika sakit melanda. Tapi, tidak untuk Pipiet Senja. Ia tetap menulis dan terus menulis di ranjang rumah sakit sekalipun.

Idelisme seorang Pipiet Senja terlihat dari ungkapan yang pernah ia katakan “Saya ingin banyak generasi muda, terutama kaum perempuan yang menjadi penulis. Saya tak pernah takut menularkan virus menulis ini, khawatir diambil jatah rezeki saya umpamanya, tidak! Allah sudah mengatur semuanya untuk kita. Maka, berbagilah dengan siapa pun.”

Dari ungkapan tersebut, terlihat sebuah ketulusan dan kepedulian besar terhadap keberlangsungan pena aksara pada generasi muda.

Tidak malukah kita? Dikala orang dalam keadaan lemah masih tetap bermanfaat melalui karyanya, sedang kita sebagai orang yang masih diberi kesehatan dan waktu luang malah bermalas-malasan dalam melakukan pekerjaan. Mari berbenah!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline