Lihat ke Halaman Asli

Islam sebagai Titik Simpul Peradaban

Diperbarui: 24 Oktober 2023   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak kehadirannya, Islam telah membawa konsep dan misi peradaban yang inheren dalam dirinya. Peradaban Islam bersumber pada dn (baca: agama) yang berasal dari wahyu Allah. Itu sebabnya peradabannya biasa dikenal dengan istilah tamaddun atau madaniyyah, karena bersumber dari dn tersebut. Kemudian ekspresi tinggi tamaddun Islam dalam sejarah peradaban manusia mendapat tempatnya di Yatsrib yang kelak berubah menjadi Madinah. Kota Madinah adalah tempat di mana tamaddun atau madaniyyah yang berasas pada dn itu diproklamirkan kepada seluruh dunia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas. Dan madaniyyah, menurut Muhammad 'Abduh memang lebih tepat digunakan untuk menyebut peradaban Islam, karena aroma spiritual-agamanya (al-dn) lebih terasa dan menonjol.

Definisi yang lebih ringkas dan padat diberikan oleh Yusuf al- Qaradawi dalam bukunya al-Sunnah Masdaran li al-Ma'rifah wa al- Hadrah: "Sekumpulan bentuk-bentuk kemajuan; baik yang berbentuk kemajuan materi, ilmu pengetahuan, seni, sastra, ataupun sosial, yang ada dalam satu masyarakat atau pada masyarakat yang serupa". Dengan begitu, peradaban memiliki dua sisi penting: pertama, sisi kemajuan materi (al-ruqiy al-mdd), yang meliputi seluruh lini kehidupan semacam: industri (sin'ah), perdagangan (tijrah), pertanian (zir'ah), kerajinan (ikhtir'), dan seni (funn). Kedua, sisi maknawi (al-ruqiy al-ma'naw), yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritualitas (al-qiyam al-rhiyyah), kaidah-kaidah moral (al-qaw'id al-akhlqiyyah), produk pemikiran (al-intj al-fikr), dan karya sastra (al-ibd' al-adab).

Melihat definisi tersebut, maka peradaban harus memiliki dua sisi penting ini. Nilai ketinggian materil dan spiritual suatu peradaban seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Maka, jika ada satu peradaban yang hanya menonjol dalam satu sisi saja, maka dia tak layak disebut sebagai sebuah peradaban yang sempurna. Karena bisa jadi dia maju secara industri, tekonologi, informasi, dan lain sebagainya, namun secara "kemanusiaan" dia gagal disebut sebagai sebuah peradaban. Karena ternyata dia tidak memberikan apa-apa kepada manusia.

Bagi saya, pembicaraan tentang masa depan peradaban Islam selalu menarik. Ini melibatkan perasaan tentang situasi saat ini dan harapan positif untuk masa mendatang. Sikap kritis terhadap situasi saat ini penting untuk menjaga semangat masa depan, karena tanpanya, kita takkan memiliki mimpi bersama yang pantas diperjuangkan.

Imaji masa depan sebaiknya tidak hanya satu, tapi beragam. Oleh karena itu, penting untuk membicarakannya di ruang publik dan bahkan melibatkan banyak perspektif dengan dialog yang inklusif dan partisipatif.
Mengapa diskusi bersama itu penting? Karena keberhasilan peradaban manusia selalu merupakan hasil kerja sama, bukan prestasi individu. Oleh karena itu, merancang masa depan secara kolektif sangat penting.

Namun, kita perlu memahami bahwa Islam tidak berdiri sendiri di dunia ini, dan sejarah menunjukkan bahwa peradaban-peradaban saling mempengaruhi dan belajar satu sama lain. Zaman Keemasan Islam adalah contoh bagus tentang bagaimana peradaban bisa berkontribusi dan bekerja sama. Label "peradaban Islam" bukanlah konsep asli pada masanya, dan kita perlu membuka diri untuk definisi yang lebih inklusif. Hal yang sama berlaku untuk label-label seperti sosialisme islam, kapitalisme religius dan kosmopolitanisme.

Sejarah awal Islam menunjukkan bahwa ajarannya terbuka dan inklusif, dan Islam dapat berdialog dengan berbagai budaya. Hubungan yang harmonis dengan "liyan" atau yang berbeda adalah semangat yang perlu diteruskan. Kesetaraan, diskusi, dan kerja sama adalah kunci untuk memahami masa depan.
Mengingat masa lalu dengan jelas adalah penting untuk merancang masa depan yang lebih baik. Kita dapat menemukan banyak pelajaran berharga yang masih relevan, seperti pentingnya pengembangan sains dalam kemajuan peradaban. Sejarah memperingatkan kita tentang risiko kemunduran jika dukungan terhadap sains berkurang. Oleh karena itu, pengembangan sains dapat menjadi inspirasi untuk kebangkitan peradaban Islam di masa depan.

Dalam peradaban modern yang dikuasai Barat saat ini, manusia cenderung "menyembah" dirinya sendiri. Paradigma Materialisme Marx dan Darwinian memandang manusia sebagai pertarungan merebut kekuatan dan kekuasaan (pertentangan kelas). Klaim peradaban dalam konteks barat cenderung rasistik dan eksploitatif.

Hal di atas dapat dipahami, menurut Kuntowijoyo, karena manusia Barat memiliki keyakinan yang tak lepas dari peradaban- peradaban sebelumnya. Ia dimulai dari peradaban Yunani-Romawi yang lekat dengan alam pikiran mitologi. Singkatnya, Tuhan dianggap seperti manusia. Namun di Zaman Pertengahan manusia harus tunduk pula kepada Tuhan dan Kitab Suci. Dalam arti, manusia harus percaya kepada otoritas Tuhan dan Kitab Suci. Peradaban bersifat teosentris. Namun kemudian pandangan ini pun ditinggalkan, setelah ditemukan bahwa manusia adalah pusat segala sesuatu.

Dari sana muncul paham bahwa manusia dapat menentukan nasibnya sendiri, bukan Tuhan. Manusia bahkan dianggap sebagai penentu kebenaran. Itu sebabnya dewa-dewa dan kitab suci tak dibutuhkan lagi. Cita-cita Renaisans memang mengembalikan lagi kedaulatan manusia, yang selama berabad-abad telah terampas. Kehidupan ini berpusat pada manusia, bukan pada Tuhan, demikian anggapan Renaisans. Manusia harus menguasai alam semesta.

Jadi peradaban Barat begitu materialistis. Menurut al-Qaradawi memang salah satu "ruh" peradaban Barat modern adalah "Materialisme" (al-Mddiyyah), di samping memiliki paham yang buruk mengenai Tuhan; sekuler (al-naz'an al-'almniyyah); benturan (al-sir') yang tak kenal kedamaian, ketenangan, dan cinta; dan peradaban yang sombong terhadap bangsa lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline