Lihat ke Halaman Asli

Hidupkan Kembali Kotak Saran, Solusi Kritik yang Tidak Sistematis

Diperbarui: 15 Agustus 2022   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Kemudahan bermedia sosial telah memengaruhi kehidupan masyarakat dari berbagai sisi, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Adanya kebebasan dalam berpendapat di media sosial telah banyak mengubah aspek kehidupan masyarakat dan menjadikan masyarakat lebih bersifat ekspresif. Hal ini didukung dengan perilaku pejabat atau masyarakat yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat. Opini publik masyarakat inilah yang menjadi salah satu jalan pintas bagi para tokoh masyarakat dalam mengambil hati rakyatnya. 

Entah mengapa, jika kita beropini lewat media sosial secara terbuka, akan mempermudah opini kita untuk ditindaklanjuti oleh pejabat yang berwenang. Berbanding terbalik dengan kritikan-kritikan yang disampaikan secara tertutup yang tak kunjung dilihat hasilnya oleh masyarakat. Hal ini di satu sisi mampu memotong jarak antara pejabat dengan rakyat kecil, tetapi di sisi lain juga membawa banyak dampak negatif. 

Bebasnya berpendapat di media sosial tanpa filterisasi mampu menggiring opini masyarakat ke arah yang belum tentu tervalidasi kebenarannya. Akibatnya, masyarakat dibingungkan dengan berita yang simpang siur. Tak hanya itu, bahkan pejabat tinggi seperti Walikota tak jarang ikut terbawa emosi akibat postingan seseorang yang sama sekali tidak benar adanya. 

Hal inilah yang terjadi kepada Kelurahan Sidorejo Lor Salatiga yang harus menerima amarah Walikota akibat viralnya sebuah postingan yang menceritakan seorang wanita tua renta yang hidup sebatang kara dan tidak mendapat perhatian pemerintah daerah setempat. Setelah ditelusuri, wanita tersebut ternyata merupakan salah seorang penerima bantuan sosial rutin dari Kelurahan Sidorejo Lor. Menurut penuturan Bapak Agus, petugas pelayanan di Kelurahan Sidorejo Lor, hal-hal semacam ini seringkali terjadi. 

Berdasarkan masalah tersebut, mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro memulai langkah kecil untuk menyediakan wadah yang menampung aspirasi masyarakat, yaitu kotak saran. Kotak saran ini berfungsi untuk menyadarkan masyarakat bahwa Kelurahan Sidorejo Lor sangat terbuka dengan kritikan. 

Memang, pada zaman sekarang masyarakat lebih senang bersuara di media sosial daripada menuliskan secara manual di sebuah kertas. Menyadari hal ini, mahasiswa juga melengkapi kotak saran dengan poster yang berisi etika berpendapat di media sosial. Pada poster ini dicantumkan juga nama-nama akun resmi Kantor Kelurahan Sidorejo Lor dimana masyarakat bisa menuangkan segala unek-uneknya terhadap kelurahan tempat mereka tinggal tersebut. 

Kedua hal ini diharapkan mampu menggerakkan hati masyarakat untuk peduli terhadap sistem pemerintahan, termasuk alur dalam berpendapat. Tercapainya keberhasilan dari program ini sangat bergantung kepada kesadaran dan niat masyarakat untuk benar-benar meningkatkan kualitas dari sistem pemerintahan, bukan sekedar menarik atensi dengan berbagai postingan di media sosial.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline