Lihat ke Halaman Asli

Hanifa Rahmawati Rachman

Menulis adalah caraku agar tetap waras.

Kurikulum Merdeka? Apakah Perlu?

Diperbarui: 16 April 2023   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

“Ada yang ingin ditanyakan?”

Kupandangi setiap wajah dalam kelas itu. Berharap bisa kubaca pikiran mereka dari setiap mata dan gerak tubuh yang telah duduk rapi sejak pagi.

“Aku tak paham,” katanya.

Ada yang mengerti dan menunjukkan proses belajar yang signifikan dengan sekali pertemuan. Ada yang bahkan setelah diberi tambahan pun ia tak memberikan perubahan. “Ada apa dengan muridku?” Kerap kali tanya itu muncul dan berkembang menjadi banyak jawaban. Padahal, ada lagi tanya yang perlu diajukan, “Ada apa denganmu, Guru?”

Pembelajaran daring akibat dari pandemi Covid-19 telah usai. Kini, pembelajaran tatap muka sudah benar-benar digelar. Hampir tiga tahun pembelajaran daring dan luring dilaksanakan. Dan kini, tatap muka perlu kembali dibiasakan. Selama proses pembelajaran daring, teknologi digital menjadi sangat akrab dalam proses pembelajaran di kelas.

Ketika guru kembali ke kelas dan berceramah, strategi ini tidak lagi relevan dan efektif bagi sebagian murid. Namun, ketika guru mulai menggunakan teknologi kembali, strategi ini juga tidak menjadi efektif bagi sebagian murid lainnya. Mereka masih kesulitan dalam belajar. Learning loss nampak jelas dalam kelas.

Mengapa demikian?

Mengapa masih sulit?

Penggunaan strategi belajar yang seragam untuk setiap murid dalam satu kelas, tentu mengefektifkan proses belajar mengajar bagi guru. Namun, satu hal yang terlihat jelas dan kadang terabaikan adalah bahwa strategi belajar yang seragam tak selalu memberikan hasil yang seragam pada murid. Acap kali, hasil yang baik dari sebagian murid menjadi tolak ukur bagi guru. Menjadi capaian kinerja guru. Apakah benar begitu? Lantas, sebagian lainnya bagaimana? Bukankah mereka juga muridmu, Guru?

Perlu kita sadari, bahwa semua murid berhak mencapai potensi optimalnya. Sebagian murid bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, bahkan mendapat hasil belajar sangat baik. Tetapi, sebagian lagi tidak. Mereka bahkan menjadi sedih dan menyalahkan diri sendiri. Perlu kita akui, bahwa satu strategi tak selalu baik untuk semua murid. Bahwa sebagai guru, kita belum mampu menemukan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan potensi setiap murid. Perlu kita pahami, bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda dan itu gerbang utama potensi mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline