Lihat ke Halaman Asli

Beras Artifisial Sukun sebagai Strategi Ketahanan Pangan Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penduduk Indonesia telah maniak mengkonsumsi beras nasi. Kebiasaan pola konsumsi tersebut telah membudaya. Di lain pihak, kondisi alam Indonesia yang subur dan luas seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk Indonesia. Namun kenyataannya sudah belasan tahun Indonesia tidak kunjung mencapai swasembada pangan. Padahal kondisi yang terjadi adalah bahwa kebutuhan masyarakat akan beras sangatlah tinggi. Hal tersebut memaksa pemerintah untuk melakukan impor beras ke negara lain. Hal tersebut sungguh ironis melihat bertahun-tahun tidak ada upaya yang maksimal untuk menekan konsumsi beras untuk menyelamatkan petani kecil dan devisa negara Indonesia.

Melihat sudah terbiasanya masyarakat Indonesia terhadap nasi, kami (Hanifan fajar, Mozziedaru Rachmadi, dan Paulus Reinhard Jonathan) mahasiswa Administrasi Bisnis(Niaga) Universitas Indonesia, berencana untuk membentuk sebuah perusahaan bernama PT Soekoen Gemilang. Kami memutuskan untuk melakukan upaya ketahanan pangan dengan menciptakan produk olahan berbasis sukun dengan menyerupai bentuk seperti beras padi sehingga dapat meninkgatkan keingina masyarakt untuk mengkonsumsi produk kami.

Menurut data tahun 2014, terdapat excess demand sebesar 0,73 juta ton terhadap beras di Indonesia. Kami PT Soekoen Gemilang berharap mampu menangkap potensi tersebut untuk mengembangkan beras artifisial dari buah sukun, yang memiliki kandungan gizi lebih baik dari beras. Kami menetapkan harga jual Rp. 16.000 per kemasan 1Kg yang akan kami turunkan seiring meningkatknya penjualan dan biaya per unit. Kami berharap pada tahun pertama beroperasi, dapat memenuhi target penjualan 10 ton dengan strategi pemasaran dan distribusi yang kami kembangkan.

Untuk memproses sebuah buah sukun menjadi bentuk beras tidaklah terlalu sulit, buah harus diolah menjadi bentuk tepung, kemudian menggunakan mesin ekstruder beras analog untuk menghasilkan bentuk beras artifisal. Setelah itu masih harus dikeringkan untuk meningkatkan daya tahannya. Untuk lokasi produksi, kami menentukan lokasi di Cilacap Jawa Tnegan karena disana terdapat bahan baku yang cukup melimpah. Harga tanah disana juga tidak terlalu mahal dibandingan berbagai daerah lainnya. Perusahaan kami tidak memerlukan lahan yang terlalu besar. Cukup dengan luas bangunan 300 M2, kami sudah mampu memproduksi beras sukun ini. Kedepannya kami berencana menciptakan produk beras sukun untuk berbagai kebutuhan seperti bagi orang yang memiliki penyakit khusus seperti diabetes dan juga yang menginginkan tambahan zat gizi seperti protein dan serat.

Berdasarkan perhitungan keuangan, modal awal yang dibutuhkan yaitu senilai Rp. 660.000.000 yang berasal dari pinjaman Bank dan dana pribadi akan mengalami paybackperiod selama 4,28 tahun. Dengan IRR 14,1%  , ARR 63,36% , PI sebesar 1,07 , dan NPV Rp 306.204.214,814 maka proyek ini dapat diterima secara finansial.

Dengan berbagai penjelasan diatas kami yakin bahwa proyek kami akan berjalan dengan lancar dengan dukungan berbagai pihak. Sehingga kedepannya bukan tidak mungkin bahwa produk beras artifisial sukun kami dapat menjadi makanan pokok pendamping beras yang lebih sehat dan bergizi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline