Lihat ke Halaman Asli

Utamakan SDM dan Bahasa Inggris Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Diperbarui: 13 Februari 2016   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasa bebas ASEAN mulai berlaku pada tahun 2015 kemarin. Artinya kita bangsa Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana MEA ini mengintegrasikan seluruh Negara-negara Asia Tenggara dalam berbagai bidang terutama dibidang ekonomi. Misalnya, mulai dari bidang ketenagakerjaan, invenstasi, produk, modal hingga investasi jasa. Ada beberapa keuntungan bagi Negara yang sudah siap menyongsong MEA ini, antara lain adalah meningkatkan konfetitif dalam persaingan ekonomi antar Negara, serta meratakan pertumbuhan ekonomi antar Negara Asia Tenggara.

MEA biasa juga disebut digagas oleh Negara-negara Asia Tenggara yang berdasar pada ASEAN Economic Blueprint atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). ASEAN melakukan pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin Negara anggota ASEAN, dalam pengembangan ekonomi dan budaya antar Negara-negara Asia Tenggara MEA ini tercetus dalam KTT ke 14 yang dimana hasilnya melalui penandatanganan persetujuan pembetukan Kawasan Pedagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia-Selandia Baru. Dimana bertujuan untuk meratakan pertumbuhan ekonomi disetiap Negara-negara Asia Tenggara agar dapat menghilangkan kesenjangan ekonomi.

Untuk saat ini Indonesia membutuhkan persiapan diri untuk menghadapi ASEAN Ekonomic Community (AEC) atau masyarakat Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun selama ini Indonesia tak terlihat persiapan pemerintah maupun pengusaha untuk menghadapi AEC, padahal AEC harus bisa dihadapi oleh pemerintah dan pengusaha begitupun dengan masyarakat.

Seperti yang saya baca kemarin diangkatnya Chaerul Tanjung (CT) yang menjadi Menko Perekonomian yang menggantikan posisi Hatta Rajasa, hal ini dapat menguntungkan bagi Indonesia untuk kembali concern dalam mempersiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Namun setidaknya Chaerul Tanjung (CT) dapat mengawal proses persiapan konsolidasi perbankan yang ada, proses persiapan itulah yang wajib memenuhi syarat-syarat konsolidasi perbankan. Dimana konsolidasi ini sudah tidak dapat dihindari lagi, kebijakan tersebut menjadi mutlak dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika Indonesia tidak mempersiapkan diri mulai dari sekarang, dampaknya akan terasa pada saat MEA yang sekarang ini sudah mulai berlaku di Indonesia. Perbankan nasional akan kalah saing dengan perbankan asing harapan kita kedepannya semoga pemerintah yang baru ini dapat mewujudkan konsolidasi perbankan nasional.

Salah satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan factor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan satu bangsa. Para tenaga kerja dari Negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi didalam MEA. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari Negara-negara lain, khususnya dikawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih konpetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur industri dimasa depan. Dan apabila sasaran diatas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.

Namun saat ini salah satu senjata utama yang kita punya untuk memenangkan persaingan MEA ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia harus focus untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang ahli, dan memberikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyai potensi besar namun kekurangan dalam segi ekonomi. Salah satu solusinya tarik semua sumber daya manusia yang bekerja diluar negeri dan berikan posisi strategis diindustri maupun pemerintahan Indonesia dan berikan bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi, agar mampu dan terus kreatif.

Harus menjadi perhatian kita semua masyarakat Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berlaku sekarang. Indonesia salah satu anggota tentunya harus untuk mempesiapkan segalanya, karena yang terpenting adalah bagaimana Negara kita sendiri bisa siap bersaing atau tidak dengan Negara ASEAN lainnya. Indonesia tidak bisa menunda lagi proses konsolidasi perbankan. Karena hal itu sudah dilakukan Negara lain dalam lima tahun terakhir dalam menghadapi MEA.

Agar pasca pelaksanaan MEA saat ini, pasar dalam negeri tidak diserbu produk-produk Negara-negara ASEAN lainnya, pemerintah perlu mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan produk dalam negerin dengan penerapan program cinta produk dalam negeri secara konsisten dan serius, sehingga industri manufaktur dan industri kreatif dalam negeri terus bertumbuh dan tetap terkendali dari sebuah produk-produk impor dari negara-negara ASEAN lainnya, oleh sebab itu marilah kita bergabung untuk senantiasa menggunakan produk dalam negeri serta bersatu antara pengusaha dan pemerintah agar tercapai sinergi dan meningkatkan efeklitas dan efesiensi untuk menghadapi tantangan MEA yang sekarang sudah berlaku di Indonesia.

Jadi untuk sekarang kita sebagai mastarakat bangsa Indonesia harus mulai mempelajari bahas inggris atau bahasa ASEAN lainnya, utamanya bagi pemuda. Karena sudah pasti dalam MEA penggunaan bahasa inggris sangat dominan, karena dari fakta yang ada tidak semua masyarakat Indinesia bisa berbahasa inggris. Sekarang dibalikkan giliran orang asing yang harus bisa berbahasa Indonesia. Selain menerapkan konsep berbahasa inggris, pemerintah juga harus membereskan masalah klasik agar Indonesia bisa bersaing dalam MEA, masalah itu adalah masalah infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dan dari segi infrastruktur Indonesia masih jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya khususnya jumlah jalan tol sedangkan dari kualitas SDM, tenaga kerja Indonesia masih didominasi lulusan SD hingga SMA.

Adapun resiko yang akan dihadapi Indonesia jika kualitas infrastruktur tidak dibenahi adalah berkurangnya minati investor asing dalam berinvestasi di Indonesia padahal saat ini Indonesia masih menjadi magnet investasi. Bisa saja nanti investor mulai meninggalkan Indonesia karena kualitas infrastrukturnya masih tetap sama dan tidak ada perunahan, lain halnya dengan jika kualitas SDM tidak ditingkatkan. Resikonya bagi Indonesia adalah Indonesia hanya akan dijadikan sebagai market base bukan sebagai basis produksi.

Jika permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek, namun yang paling penting adalah komitmen pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas SDM, kualitas infrastruktur dapat diperbaiki dengan memperkuat kerja sama dengan swasta sedangkan kualitas SDM dapat ditingkatkan dengan memperbanyak training center. Semua hal ini bisa diatasi apabila pemerintah mempunyai komitmen yang sangat kuat, dan mengajak semua stakeholder untuk memperbaikinya termasuk akademisi dan pengusaha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline