Lihat ke Halaman Asli

Hanifah Harviatulhaq

Mahasiswi Psikologi

Empati pada Sakit Hatinya, tapi Jangan Validasi Tindakan Agresifnya

Diperbarui: 6 Agustus 2023   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekarang-sekarang ini, banyak sekali kasus seseorang yang melakukan kekerasan karena cape dengan keadaan nya yang menyakitkan yang disebabkan oleh beberapa orang. Misalnya, korban bully yang berani menusuk sang pelaku, ataupun pelaku yang dulu nya korban dan tidak mendapat keadilan pada akhirnya melakukan kekerasan ulang . Tak jarang, korban menjadi villain dan mendapatkan validasi dan pembelaan dari banyak orang. Kita pun mungkin sadar dengan tindakan kejahatan dari seorang yang awalnya menjadi korban banyak sekali komentar tentang pendapat orang-orang yang mendukung sebuah kesalahan itu. "Jika keadilan tidak berpihak pada saya, maka saya lah yang akan membuat keadilan tersebut" "Orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti" "Makanya, jangan seenaknya, karena orang pendiam akan lebih berbahaya ketika marah" dan semua perkataan-perkataan bahwa memang banyak orang yang memvalidasi tindakan kejahatan itu dan hal itu wajar karena katanya memang kejahatan harus dibalas dengan kejahatan pula. 

Namun sayangnya, kehidupan bukan hanya tentang hal itu. Kita seharusnya lebih berempati pada luka korbannya bukan tindak kejahatannya. Karena kejahatannya yang dilakukan tetap perlu kita cap sebagai sebuah kejahatan yang tidak boleh dilakukan. Karena semakin kita mendukung adanya kekerasan, akan semakin berani pula seorang individu untuk melakukan tindak kejahatan yang lain, dan tidak menutup kemungkinan, jika nanti setiap hal yang bisa diselesaikan dengan mediasi malah menjadi kekerasan yang tak henti-henti. Seseorang yang terluka, akan sulit mencerna pikirannya dan merasa bahwa tindakannya akan menyelesaikan masalah yang padahal faktanya, tindakannya sangat gegabah. 

Perlu diketahui juga, menurut David O Sears di dalam bukunya yang berjudul Psikologi sosial mengatakan  bahwa tindakan agresif seseorang terjadi karena adanya sebuah dukungan atau budaya yang terjadi di dalamnya. Seperti yang terjadi di media sosial sekarang, tindakan kejahatan yang semakin mudah viral di media sosial dengan banyak komentar dukungan karena terkadang pelakunya adalah korban dari kejahatan sebelumnya atau bisa dibilang sebuah perlawanan hal itu menjadi salah satu pemicu semakin banyak dan beraninya korban untuk melakukan tindakan kejahatan yang lebih parah dan fatal. Oleh karena itu, jika ada tindak kejahatan yang terjadi oleh seorang korban yang mengalami kejahatan, berilah perhatian dan rasa kepedulian atas luka-lukanya yang dialami, bantu agar luka nya sembuh, bukan mendukung tindakan kejahatannya. Karena apapun alasannya, kekerasan tidak dapat dibenarkan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline