Lihat ke Halaman Asli

Hanifah Oktaviana

Perempuan yang fakir ilmu

KKN-P Kelompok 21 Mengadakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos bersama Ibu-Ibu PKK Desa Glagaharum

Diperbarui: 16 Februari 2022   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Bersama Ibu-Ibu PKK Desa Glagaharum (Dokpri)

Minggu (13/2/2022). Mahasiswa KKN-P Kelompok 21 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) sedang melaksanakan KKN di Kelurahan Glagaharum, Kec. Porong, Kab. Sidoarjo telah mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos bersama ibu-ibu PKK. Alasan diadakannya pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu PKK tentang pengolahan sampah dapur untuk dijadikan pupuk kompos.

Penyampaian Materi Tentang Pembuatan Pupuk Kompos Oleh Mahasiswa KKN (Dokpri)

Mahasiswa awalnya melakukan penyampaian materi terlebih dahulu kepada ibu-ibu PKK. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti rumput, daun-daun kering, sisa ranting dan dahan, bunga yang rontok, jenis sayuran yang sudah membusuk, kotoran hewan, dan bahan organik lainnya. Alat dan bahan yang diperlukan adalah cetok, ember, sampah dapur organik, dan air cucian beras (lebih baik menggunakan air cucian beras yang sudah didiamkan minimal selama satu minggu dan berfungsi untuk mempercepat pembusukan pada sampah organik).  

Setelah itu, mahasiswa KKN-P mengajak ibu-ibu PKK untuk langsung praktik pembuatan pupuk kompos. Pertama, meletakkan tanah sebanyak 20 cetok ke ember. Kedua, melapisi tanah dengan menaruh sampah organik (sisa sayuran, buah-buahan busuk, ranting pohon, dan daun kering) diatasnya. Ketiga, meletakkan tanah sebanyak 20 cetok untuk menutupi sampah organiknya dan menyiram sampai tanah terlihat sedikit basah dengan air cucian beras. Keempat, menutup ember dengan plastik atau kardus dan memberi celah sirkulasi udara diatasnya.

Setelah dua minggu, dilakukan pengadukan dan dilakukan pengecekan, bisa ditambah sampah organik lagi dan ditambah air cucian beras jika tanah mengering. Pengecekan dan penambahan sampah organik tersebut dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan. Untuk menjadikan pupuk kompos yang bagus, setelah dua bulan berikutnya tanah dibiarkan (tidak ditambah sampah organik dan air cucian beras lagi). Pupuk kompos siap digunakan.

Tujuan diadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos karena mahasiswa KKN-P melihat di Desa Glagaharum ada taman toga, diharapkan pupuk kompos ini dapat terus dibuat dengan memanfaatkan bahan yang mudah ditemukan untuk menyuburkan tanaman toga yang ada di Desa Glagaharum.

Ibu-ibu PKK sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Ibu ketua PKK mengatakan, “Semoga ibu-ibu di Desa Glagaharum ini memahami pentingnya melakukan pengolahan sampah dapur untuk pembuatan pupuk kompos." Terangnya.
“Karena pupuk kompos ini dapat dimanfaatkan untuk penyuburan tanah tanaman toga yang ditanam ibu-ibu PKK.” Imbuhnya.

Penulis & Edit: Hanifah Oktaviana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline