Lihat ke Halaman Asli

Hanifah Rismiatun

Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan

Apa Benar Wabah Covid Strategi Politik?

Diperbarui: 13 Januari 2023   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

COVID-19  merupakan wabah yang telah terjadi dari  dua hingga tiga tahun ini dan telah menginfeksi sekitar 1 juta masyarakat di seluruh dunia. Namun sesungguhnya dari mana sih asalnya wabah besar ini ? Dikutip dari CNN wabah covid sebenarnya telah ada sejak dulu kala, tetapi wabah ini biasa di temukan pada hewan seperti kucing, kalkun, kelinci ,kelelawar, babi dan tikus.

Namun virus corona hanya dapat menyerang hewan saja, bahkan virus corona hanya menyerang hewan yang sama inangnya dan tidak menyebar. “ Biasanya, virus dari satu hewan tidak menginfeksi spesies hewan lain atau manusia,” kata Dr. John Williams, direktur Divisi Penyakit Menular Anak di Rumah Sakit Anak Pusat Medis Universitas Pittsburgh. Hewan seperti jalan buntu bagi manusia.” Orangnya sakit tapi tidak menular.” Lalu dari manakah virus covid ini ? Dan bagaimana bisa menyerang manusia, yang padahal bisanya hanya  menyerang hewan ? Jadi hasil dari penelitian yang keluar di bulan Februari mengatakan bahwa, virus ini memapar manusia melalui kelelawar yang terdeteksi berhasil bermutasi dari sang inang. Penelitian menjelaskan bahwa kelelawar memiliki 96% kesamaan dengan virus yang diderita oleh manusia.

Virus covid sempat marak menyerang masyarakat dunia dan juga  warga indonesia dikisaran tahun 2020 hingga awal tahun 2021, Kala itu indonesia mengalami  zona merah, dan pemerintah menetapkan peraturan kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan diluar rumah dalam konteks apapun. Pada awal tahun 2021 kasus covid meningkat hingga  8.072 kasus. Dan di bulan agustus tahun 2021 kasus covid di indonesia melejit naik mencapai 33.729 kasus, di saat seperti ini  banyak masyarakat yang kehilangan orang-orang berharga seperti ayah, ibu, saudara, sahabat dan teman-teman serta orang orang yang di cintainya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan kasus harian Covid-19 turun selama sepekan terakhir. Namun, ia belum dapat memastikan Indonesia sudah melewati gelombang ketiga Covid-19 akibat varian Omicron, ujarnya pada tanggal 22 Februari 2022. Nadia mengatakan, kasus harian Covid-19 di beberapa provinsi Jawa-Bali sudah melewati puncak kasus Covid-19 saat Delta Wave dan saat ini terus menurun. Hal yang sama, kata Nadia, juga terjadi di beberapa provinsi di luar Jawa-Bali. Selain itu, menurut Nadia, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit sudah mulai berkurang di samping penurunan kasus harian.

Dari penuturan Nadia di atas dapat disimpulkan bahwa kasus wabah covid mengalami penurunan yang signifikan dalam waktu yang terhitung sangat singkat, hanya sekitar 6 bulan saja, zona di negara indonesa mengalami perubahan dari zona merah menjadi hijau. Di kala ini banyak tanggapan dari masyarakat mengenai perubahan kasus virus covid, ada yang beranggapan positif dan ada yang beranggapan negatif, salah satu tanggapan negatif dari masyarakat adalah “apakah wabah covid ini adalah rekayasa pemerintahan ? “  atau “ ah, benar ternyata bahwa kasus covid strategi politik untuk menaikkan uang negara ? “ Ujar  beberapa masyarakat yang tertera di beberapa akun sosial media seperti di twitter dan instagram.

Sempat tersebar di beberapa headline berita mengenai tanggapan pemerintah yang terkesan sompral dan menganggap remeh situasi Covid-19. Misalnya, perkataan Menteri Kesehatahan Terawan Agus Putranto yang mengatakan, sangat konfiden dengan adanya virus corona karena tidak terlalu menakutkan. Menkes yakin Corona tidak perlu ditakutkan darinya. Berita ini menakutkan," kata Menteri Kesehatan Terawan kepada wartawan di Istana Kepresidenan. Tanggapan dari pemerintah ini membuat geram masyarakat. Akun Instagram FactCovid19.id mengungkap beberapa video palsu terekam dalam percakapan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supar dengan ekonom Ichsanuddin Noorsy.

Sejauh ini, belum ada bukti ilmiah bahwa Covid-19 dibuat, juga tidak ada bukti bahwa virus ini dibuat di laboratorium. Kasus Covid-19 meningkat pesat karena dapat ditularkan oleh pasien tanpa gejala, sehingga sulit untuk mencegah penyebaran komunitas, terutama ketika mobilitas orang tinggi. Ujarnya dalam video itu, dan seakan membantah asumsi masyarakat bahwa kasus covid adalah rekayasa. Selain Covid-19, tes PCR selama ini digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV, hepatitis C, B, cytomegalovirus, human papillomavirus (HPV), gonore, klamidia, penyakit Lyme, dan batuk rejan. Tes PCR mendiagnosis penyakit menular dengan mendeteksi materi genetik virus atau bakteri dalam tubuh pasien. Artikel ini juga membahas bahwa tes PCR telah terbukti keakuratannya. Jadi covid adalah kasus yang memang benar adanya tanpa di rekayasa seperti tanggapan tanggapan masyarakat di luar sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline