Lihat ke Halaman Asli

Hanifah TryEvelina

Nama saya Hanifah Try Evelina, saya mahasiswa yang berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatra Utara dengan jurusan Tadris Bahasa Indonesia

Rindu di Ujung Mimpi

Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, hiduplah sebuah keluarga kecil yang hangat. Pak Ahmad, seorang tukang becak, selalu bekerja keras untuk menghidupi istri dan dua anaknya, Maya dan Adi. Ibu, seorang penjual kue keliling, membantu meringankan beban hidup keluarga.

Maya, anak pertama, selalu rajin belajar dan bercita-cita menjadi dokter. Adi, si bungsu, lebih suka bermain bola dan bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Meskipun hidup sederhana, keluarga ini selalu bahagia dan saling menyayangi.

Suatu hari, Pak Ahmad jatuh sakit. Ia tidak bisa bekerja, dan penghasilan keluarga pun terhenti. Ibu pun harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Maya dan Adi membantu ibu dengan berjualan kue

Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, hiduplah sebuah keluarga kecil yang hangat. Pak Ahmad, seorang tukang becak, selalu bekerja keras untuk menghidupi istri dan dua anaknya, Maya dan Adi. Ibu, seorang penjual kue keliling, membantu meringankan beban hidup keluarga.

Maya, anak pertama, selalu rajin belajar dan bercita-cita menjadi dokter. Adi, si bungsu, lebih suka bermain bola dan bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Meskipun hidup sederhana, keluarga ini selalu bahagia dan saling menyayangi.

Suatu hari, Pak Ahmad jatuh sakit. Ia tidak bisa bekerja, dan penghasilan keluarga pun terhenti. Ibu pun harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Maya dan Adi membantu ibu dengan berjualan kue.

Suatu hari, Maya mendapat beasiswa untuk kuliah di kota besar. Ia sedih harus meninggalkan keluarga, tetapi ia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk meraih cita-citanya. Adi pun berjanji untuk menjaga ibu dan selalu berlatih bola agar bisa membanggakan keluarga.

Sebelum Maya pergi, seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu. Mereka makan malam bersama, bercerita, dan saling berpesan. Pak Ahmad, meskipun sakit, terlihat bahagia melihat anak-anaknya yang berbakti dan bercita-cita tinggi.

"Maya, belajarlah dengan rajin dan jangan lupakan keluarga," pesan Pak Ahmad.

"Adi, jaga ibu dan raihlah cita-citamu," pesan Ibu.

Maya dan Adi mengangguk, air mata mereka menetes. Mereka tahu bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline