Lihat ke Halaman Asli

Kisah Putih Menjadi Hitam Seorang Santri

Diperbarui: 10 Juni 2021   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari sudah menjelang sore pukul 14.30 WIB, "Seluruh pelajaran hari ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru" para santri berdoa terlebih dahulu sebelum meninggalkan kelas. Santriwati pulang terlebih dahulu menuju asrama karena peraturan saat pulang harus bergantian dengan santri putra. Setelah pulang sekolah dan sudah berada di asrama masing-masing mereka bersiap-siap untuk sholat ashar dan setelah itu mereka akan bersih-bersih. Hari sudah terlampau sore, mentari sebentar lagi akan tenggelam. “Tengg. . . Tengg. . .”, terdengar suara bel yang menandakan waktu istirahat sudah berakhir. Seorang santri laki-laki yang menuntut ilmu disebuah pondok Pesantren dengan tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaannya, seperti mencuci pakaian, bersih-bersih pondok, mandi, dan aktivitas lainnya. Mereka akan bersiap-siap ke masjid untuk membaca Al-Qur'an dan menunggu adzan untuk melaksanakan sholat maghrib.

“Akhi Putra. . . ! Ayoo cepatttt kamu selesaikan pekerjaanmu itu !”, terdengar suara ketua mudabbir (pengurus pondok) memanggilnya. “Iya akhii, sebentar". Hemm tanggung nih, tinggal satu baju lagi (gumam putra dalam hati), akhirnya putra melanjutkan dengan terburu-buru.

Putra nama panggilan anak itu, yang usianya mulai remaja. Setelah mencuci pakaian putra bergegas untuk masuk kamar dan mengganti baju, tidak lama kemudian berjarak 10 menit ada suara bel keduaa "tengg...tengg" itu merupakan pertanda waktu kesempatan sudah habis dan seluruh santri harus sudah berada di masjid. Mudabbir bagian keamanan (pengurus pondok) mengecek seluruh ruangan dan saat itu mengetahui putra masih ada didalam kamarnya. "Ayoo akhiiii cepattt...!!! (menunggu dipintu depan kamar)" dan akhirnyaa Putra tergesa-tegaa berlari menuju masjid. Setelah sampai dimasjid putra melihat ada beberapa santri yang datang terlambat dan mereka berdiri didepan masjid. "Akhii putraa cepatt kesini (Mudabbir memanggilnya dengan nada tegas) ambil al-qur'anmu dan baca juz 10."

"Iyaa akhi" sialannnn kena hukuman (gumam putra dengan nada kesal). Mereka yang terlambat diberi hukuman untuk membaca al-qur'an didepan masjid dengan berdiri, 20 menit kemudian suara adzan berkumandang, santri yang mendapat hukuman dibubarkan dan diminta untuk mengambil wudhu lagi. Setelah selesai sholat maghrib ada tausiyah dari bapak pengasuh pondok pesantren. Putra lupa tidak membawa buku karena tergesa-gesaa. Akhirnya dengan ide cemerlang putra "Adam aku minta satu lembar kertas dong, lupa nih aku tidak bawa". “Ini putra” (saut adam sambil menyodorkan satu lembar kertas).  Setelah meminta selembar kertas ke temannya, putra menanyakan ke teman sebelah, depan dan belakangnya "Kamu bawa bolpoin lebih tidak?". "Tidak putra" setelah beberapa orang yang bilang tidak akhirnya dia menemukan ada salah satu temannya yang membawa bolpoin lebih. Akirnya putra mendegarkan tausiyah dengan baik dan mencatat hal-hal yang penting, 30 menit kemudian tausiyah telah usai dan para santriwan langsung melaksanakan sholat isya', setelah sholat isya' selesai mereka langsung bergegeas menuju kamar masing-masing dann waktunyaa untuk makan malam bersama.

Setelah makan malam, bel berbunyi "tengg...tenggg...tengg" pertanda waktu jam makan malam telah usai dan mereka harus melanjutkan untuk mufrodat (pemberian kosa kata bahasa arab). Putra dan kawan-kawannya masih asik dengan makan malamnyaa, lagii dan lagii putraa dan teman-temannya datang terlambat. Saat menuju kebawah ada ketua mudabbir dan bagian keamanan menunggu berdiri didekat tangga "Akhi kenapa kalian datang terlambat?” ( Akhi Raffi ketua mudabbir).

"Maaf akhi tadi saya dan teman-teman saya masih menikmati makanan karena mubadzir jika tidak dihabiskan". (Putra menjawab dengan alasan yang jujur)

"Astagfirullah akhii, kan kalian sudah tau ada bel dan waktunyaa untuk mufrodat, kenapa kalian masih enak-enakan makann!!!!” (Nada geram Akhi Raul, bagian keamanan).

"Kann tidak boleh membuang-buang makanan akhiiiiii, jadi sayang kalau tidak dihabiskan." (Putra dan teman-temannya menjawab serentak dan lantang).

“Oke, Kali ini kamu saya maafkan, lain kali kalau kamu terlambat lagi, kamu akan diberi sanksi, kamu mengerti ?”, Akhi Raffi memperingatkan.

“Mengerti.” Putra dan teman-temannya mengangguk.

“Yaudah kalian cepat pergi ke kelompok kalian masing-masing untuk mengikuti mufrodat.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline