Sudah diketahui secara umum bahwa kesehatan fisik dengan kesehatan mental adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Meski, terlihat berbeda namun kesehatan fisik dan mental saling berkaitan erat satu sama lain. Hal ini dapat dicontohkan ketika seseorang mengalami suatu penyakit yang menyebabkan ia harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Dengan kelamnya atmosfer rumah sakit, alat-alat kesehatan yang menempel serta obat-obatan yang selalu masuk ke tubuh di setiap harinya maka perlahan akan mengikis kesehatan mental orang tersebut yang kemudian menyebabkan penghambatan proses penyembuhan.
Jika diibaratkan, saat angka kesehatan fisik seseorang menurun satu angka, maka tingkat stress orang tersebut akan naik satu angka yang berarti kesehatan mentalnya menurun. Lantas, bagaimana cara agar seseorang tersebut tidak terganggu mentalnya dan dapat menjalani proses penyembuhan dengan baik? Apakah kondisi seperti ini dapat diatasi oleh pasien secara mandiri?
Dalam kasus inilah perawat memiliki peran yang krusial. Selain memberikan perawatan langsung dan memantau kondisi pasien, seorang perawat juga berperan dalam pendidikan kesehatan, dukungan emosional, dan memastikan kesehatan mental pasien tetap stabil. Dibanding tenaga kesehatan lain, seorang perawat merupakan garda terdepan dalam hal menjalin komunikasi dengan pasien dimulai saat pasien masih dalam kondisi sadar hingga saat pasien sudah terbaring lemah.
Perawat merupakan sosok yang dapat merasakan kecemasan yang tengah melanda pasien dan memberikan respon yang tepat agar kecemasan pasien tersebut berkurang. Adakalanya perawat dihadapkan dengan pasien yang telah pasrah dengan kondisinya dan kemudian dilanda kesedihan juga stress yang luar biasa. Pada kondisi tersebut perawat tidak hanya berperan untuk menjelaskan prosedur medis yang akan dilakukan dengan jelas namun perawat juga senantiasa menunjukkan empati dan dukungan-dukungan emosional yang mampu dirasakan pasien sehingga pasien merasa lebih tenang.
Interaksi kecil yang penuh empati seperti obrolan-obrolan ringan, kata-kata semangat hingga sentuhan-sentuhan fisik menenangkan di bawah persetujuan pasien secara tidak langsung akan membuat pasien merasakan dukungan sosial yang ada untuknya. Dengan interaksi-interaksi sederhana tersebut juga dapat mendorong pasien untuk mulai berkomunikasi dua arah dengan perawat, seperti menceritakan kegelisahan, rasa sakit, dan kesedihan yang pasien rasakan selama di rumah sakit dengan lebih nyaman. Hal ini dapat mengurangi stress, kecemasan, dan berbagai perasaan negatif yang dirasakan pasien berkurang.
Demi mewujudkan peran ini dengan maksimal, tentu saja para perawat sebelumnya telah diberi pelatihan pendidikan yang memadai. Perawat tidak hanya dilatih untuk mempelajari pengetahuan medis mengenai penyakit dan penanganannya, melainkan juga mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan psikologis manusia. Komunikasi terapeutik juga menjadi salah satu dasar utama untuk dipelajari dan dikuasai oleh seorang perawat.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran seorang perawat sangatlah penting dalam menjaga kestabilan mental pasien. Sebagai tenaga kesehatan yang paling sering mendampingi pasien dalam kondisi sehat maupun rawan perawat bertanggungjawab atas kesehatan mental pasien sehingga tidak memperburuk kesehatan fisik pasien.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI