Lihat ke Halaman Asli

Apresiasi Kemahiran Setiap Siswa Berdasarkan Teori Multiple Intelligences

Diperbarui: 10 Maret 2024   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setiap manusia adalah makhluk yang istimewa dengan segala keunikan yang ada pada dirinya, dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya yang tentu berbeda dengan manusia yang lainnya.

Tak jarang dikalangan masayarakat banyak orang yang memberikan label terhadap siswa disekolah tentang siswa yang pandai merupakan siswa yang mahir dalam bidang akademik, serta selalu mendapatkan peringkat atas saat penerimaan rapot penilaian akhir semester. Hal demikian secara tidak langsung memberikan label terhadap siswa yang sebaliknya. Siswa yang kurang mahir dalam bidang akademik dianggap kurang berpotensi, dsb. Dan secara tidak langsung mempengaruhi mental anak tersebut.

Pemberian apresiasi disekolah lebih banyak diberikan terhadap siwa yang memiliki kombinasi dari berbagai macam kecersedasan itu, sementara siswa yanga memiliki kemampuan dan potensi yang lainnya seperti, artis, arsitek, enterpreneur, designer, dsb kurang mendapat perhatian.

Pemahaman bahwa seluruh siswa adalah unik itu perlu dipahami oleh para guru, orang tua, dan setiap orang yang bersangkutan dengan baik. Agar siswa selalu mendapatkan support atas potensi yang ada pada dirinya. Kecerdasan siswa tidak hanya di ukur dengan kecedasan memahami materi pelajaran di sekolah saja.  

Menurut Gardner (1983) yang memperkenalkan “Teori Multiple Intellegences”yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa kecerdasan itu dibagi menjadi sembilan macam kecerdasan. Yaitu Kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasaan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,  dan kecerdasan naturalis. (Abdul Halim Fathani 2020). 

Berdasarkan pada teori ini seorang siswa dapat dikatakan mahir dengan berbagai sudut pandang mengenai kecerdasan, setiap siswa mungkin tetntunya memiliki salah satu atau bahkan lebih dari 9 kecerdasan yang digagas oleh Gardner tersebut. Dengan memhami teori ini Guru, dan orang tua dapat mudah mengarahkakan siswa sesuai minat dan potensinya. Selain itu gaya belajar siswa juga dapat dilihat setelah guru memahami teori ini, sehingga guru dapat menyampaikan materi pembelajarannya dengan baik.

Dalam bukunya Musfiroh (2008:38) menyebutkan bahwa teori multiple inteeligences yang digagas oleh Gardner ini esensinya adalah setiap manusia dapat menghargai keunikan, kelebihan, dan potensi yang dimiliki setiap individu. Maka sesungguhnya tidak ada manusia yang yang dapat dikatakan bodoh, karena sejatinya setiap manusi mempunyai kelebihan-kelebihan pada dirinya yang belum tentu manusia lainnya memiliki kemampuan yang sedemikian, tak luput juga setiap manusia mempunyai kekurangan, sehinga sikap saling menghargai antar sesama manusia perlu ditanamkan pada diri setiap manusia, para orang tua dan guru terhadap anak-anak serta siswanya, sehingga perilaku tersebut dapat dicontoh anak-anak dan siswanya kelak dikemudian hari terhadap sesamanya. Dengan demikian manusia akan dapat hidup berdampingan dengan yang lainnya dengan saling menghargai dan melengkapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline