Lihat ke Halaman Asli

Hanifa Salma Nurlaili

penyuka indomie dan esteh

Kuliner: Angkringan yang Kental dengan Nuansa Tradisional di Yogyakarta

Diperbarui: 14 Juni 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

beberapa menu yang banyak dicari di angkringan ini (dokpri)

Membahas kuliner khas Yogyakarta memang tidak ada habisnya. Bahkan banyak orang yang menganggap bahwa Yogyakarta adalah surga kuliner yang memiliki daya Tarik tersendiri perihal kulinernya. Salah satun yang dapat di coba adalah angkringan.

Siapa yang tak kenal angkringan? Hampir semua orang tahu apa itu angkringan dengan segala menu yang menarik dan wajib dikunjungi. Tapi tak semua daerah terdapat angkringan, banyak ditemukan di daerah jawa khususnya di daerah jawa tengah dan Yogyakarta.

Tapi bagi yang belum tau apa itu angkringan, jangan khawatir. Mari kita jabarkan bersama dalam artikel ini. Istilah angkringan berasal dari bahasa Jawa, angkring yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikul serta berbentuk melengkung ke atas. Selain melengkung, angkringan juga ada yang berbentuk gerobak dorong, seperti yang sering kita lihat di pinggiran Kota Yogyakarta.

Angkringan lahir dari inovasi Eyang Karso Dikromo, yang masa mudanya akrab dipanggil Jukut. Mbah Karso yang berasal dari Desa Ngerangan, Klaten tahun 1930-an merantau ke Solo saat usianya 15 tahun. Umumnya angkringan ini menyajikan bermacam macam menu tradisional yang bisa dinikmati dengan harga terjangkau.

Menu yang tersaji pada angkringan pada umumnya diantaranya, yaitu nasi kucing, tempe mendoan, ayam bacem, wedang wedangan, STMJ, dan sate angkringan. Menu yang cocok untuk mengisi perut dikala bosan dengan Susana rumah makan biasanya.

Angkringan menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gerobak angkringan biasanya ditutupi dengan kain terpal plastik untuk melindungi dari hujan.

Ada perbedaan penyebutan angkringan di daerah Solo dan Yogyakarta. Jika di Yogyakarta orang mengenal nama angkringan, orang-orang Solo menyebutnya warung hik.

Warung hik dimaknai orang Solo sebagai akronim dari "Hidangan Istimewa ala Kampung". Pemaknaan ini merujuk pada warung makan yang menjual makanan dan minuman dari kampung. Satu gerobak angkringan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Namun sering kita jumpai angkringan yang menyediakan tambahan tikar atau kursi untuk pembeli yang ramai.

Angkringan biasanya beroperasi mulai sore hingga malam hari, bahkan ada beberapa yang sampai pagi hari. Beberapa angkringan yang masih tradisional, senthir menjadi andalan dalam penerangan.

Senthir atau lentera adalah penerangan sederhana di zaman dahulu. Ada yang terbuat dari bekas botol minuman dengan sumbu dan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, ada pula dari kaleng sisa makanan atau cat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline