Setiap saya mengajar bertatap muka di kelas dengan siswa,jarang saya menyuruh mereka untuk mencatat, saya membebaskan mereka, mau dicatat silahkan, tidak pun tak mengapa, asalkan saat test mereka mengingatnya. Hanya saya selalu mengingatkan denhgan sebuah pepatah,”Menulis itu mengikat ilmu”.
Menulis (dan juga membaca) menurut saya kewajiban sebagai pengajar. Terkadang kita dituntut untuk membuat makalah atau modul pembelajaran,hanya saja dengan adanya budaya copy-paste, menulis dari awal lembaran kosong, sudah jarang dilakukan. Tinggal copy,edit sedikit dan selesai.
Teringat semasa SMA dimana dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kita dituntut untuk membuat karangan, mau fiksi atau non fiksi dan kalau tatanan bahsa yang kita gunakan kurang tepat, ada guru yang siap mengoreksinya. Saya jadi teringat, cerpen pertama yang ditempel di mading hasil tugas bahasa Indonesia yang diapresiasi baik oleh Guru saya waktu itu. Bangga, tentu saja selain itu puas karena mampu membuat sebuah karya.
Selain tuntutan sebagai siswa, saat SMA juga punya kebiasaan menulis diary, menceritakan pengalaman sehari hari yang biasa saya lakukan sebelum tidur dan kebiasaan itu ternyata melatih saya untuk menulis dengan rangkaian kata yang baik.
Tetapi setelah lewat masa SMA,lama lama menulis tidak lagi menjadi kebiasaan, saya memang masih menulis, tapi menulis kode program(hehe). Sampai akhirnya saya menemukan kompasiana!. Selama bertahun tahun (mungkin 2 atu 3 tahun) saya hanya menjadi “passive kompasioner” he..he..itu istilah yang saya gunakan, hanya membaca, tak pernah komentar,berinteraksi dengan kompasioner lain apalagi sampai ngpost tulisan.
Kompasiana membuat saya jatuh cinta, bahkan tergila-gila. Tulisannya beragam dan selalu baru,seperti halnya status di wall facebook,hampir setiap menit selalu ada yang baru. Semuanya memuaskan dahaga saya akan bacaan.
Saya sangat suka dengan tulisan yang isinya berbagi pengalaman seperti tulisannya mbak Weedy Koshino yang banyak menceritakan tentang kehidupan orang jepang sehari hari,mbak Gaganawati dengan cerita Jermannya atau mas Samandayu yang kritis terhadap acara tv Indonesia juga Pak Tjiptadinata Effendi yang segudang pengalamanya, dan tak lupa mbak y.airy yang membuat saya ketagihan dengan novel Danny Hatta-nya (Price of Justice & Price of Honor).
Akhirnya saya tergoda juga untuk membuat akun kompasiana dan berharap juga bisa sampai menulis!
Dan hari ini saya ingin mencoba menulis lagi,yang benar benar dari blank document. Menulis untuk mengungkapkan perasaan saya agar saya tidak hanya menggerutu ketika mengalami kejadian yang mengecewakan, tidak hanya tertawa ketika mengalami kejadian yang lucu, tidak hanya menenteskan air mata ketika mengalami kesedihan dan keharuan. Setidaknya saya tidak sendiri, saya ingin berbagi, layaknya sebuah konsep jaringan computer, server share resource to client!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H