Lihat ke Halaman Asli

Hani Dwi

mahasiswi

Adanya Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya di Indonesia

Diperbarui: 23 Desember 2022   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: instagram/kab.uajy

Komunikasi lintas budaya adalah proses  pengerim dan penerima pesan antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan komunikasi yang paling sulit diatasi. Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayannya  tidak mungkin dihindari,  terlebih  lagi  dalam  era  globalisasi  ini.

Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan  norma  tingkah  laku  yang  dimiliki bersama (Bove dan Thill, 2003:68). Budaya juga diartikan sebagi konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, dan perilaku sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Mereka bertindak cenderug dengan cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.

Berapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam dan berbeda. Kelompok budaya ulama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang cenderung homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogen ada dalam suatu budaya utama disebut subbudaya. Di indonesia terdiri atas berbagai subbudaya etnik jawa, sunda, bali, betawi, dayak, sasak, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kelompok-kelempok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri mencolok. Kelompok itu sering disebut subkelompok yang menyimpang (deviant subculture). Contoh kelompok itu adalah kaum homoseks, waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte agama yang dianut.

Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja tedapat kesamaan dan perbedaan dalam aspek-aspek tertentu. Setiap manusia menganut budayanya sendiri-sendiri. Budaya memengaruhi seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, bahkan iperlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya.

Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkirsar dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Ketika seseorang berkomunikasi, pada umumnya terdapat kecenderungan untuk menggunakan asumsi budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budaya, bahaya, dan persepsi seperti dirinya. Perbedaan budaya yang semakin besar akan berakibat pada semakin besarnya perbedaan persepsi.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling lazim dipergunakan dalam berkomunikasi di indonesia. Di Indonesia juga memiliki beragam bahasa seperti bahasa jawa, sunda, bali, dll. Proses perpindahan penduduk bisa menyebabkan suatu bahasa digunakan di negara lain. Misalnya, di provinsi Riau khususnya di Pekanbaru. Penduduk di Pekanbaru rata-rata memakai bahasa minang (bahasa Sumatera Barat) di kehidupan sehari-hari dari pada memakai bahasa melayu. Faktor tersebutlah yang menjadi penghambat ketika kita hendak berkomunikasi dengan orang melayu aslinya.

Namun, perbedaan tersebut masih dapat diatasi dengan menjaga pikiran agar tetap terbuka. Sayangnya, banyak orang yang jauh dalam perangkap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang kelompok lain lebih rendah (Bove dan Thill, 2002:78). Orang yang etnosentris sering berpandang stereotip, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.

Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar permasalahan rasialisme. Apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancamgagal karena adanya ketersinggungan.

            Untuk menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan beberapa cara berikut (Haryani, 2001:69):

  • Menerapkan asas kesamaan

           Tidak ada budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu, tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang paling benar. Pelaku komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk krlompok sendiri.

  • Menerapkan kaidah emas
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline