Siklus Hidrologi sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di dunia, dengan adanya siklus hidrologi yang baik maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan air makhluk hidup akan terpenuhi. Menurut informasi-informasi yang didapatkan dari beberapa berita di media online mengenai siklus hidrologi selama 3 tahun terakhir, dapat disajikan analisis berita dalam bentuk framing teks pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 dapat di analisis bahwa siklus hidrologi yang terjadi di permukaan bumi ada 3 yaitu siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang. Dari ketiga jenis siklus tersebut masing-masing siklus air yang terjadi memiliki perbedaan pada prosesnya, perbedaan itu tergantung pada wilayah dan aktivitas yang mempengaruhinya. Siklus hidrologi sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Manfaat siklus hidrologi adalah untuk tetap menjaga ketersediaan air di seluruh permukaan bumi, dapat mendistribusikan air ke seluruh permukaan bumi, memindahkan berbagai mineral dan nutrisi, mengatur pola cuaca dan iklim, membersihkan permukaan bumi, dan mendinginkan bumi dari efek pemanasan global. Namun, sayangnya ada beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terganggunya siklus hidrologi di permukaan bumi.
BMKG memprediksi bahwa akan ada peristiwa hujan ekstrem serta krisis air di masa depan. Intensitas hujan akan meningkat di beberapa wilayah di Indonesia seperti wilayah di pesisir barat Sumatra, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Selatan, bagian barat Jawa, Pulau Kalimantan, bagian tengah Sulawesi, Papua barat, dan Papua. Hal tersebut diakibatkan karena adanya penggunaan bahan bakar, efek rumah kaca, dan lingkungan yang penuh dengan sampah. Oleh karena itu masyarkat diminta untuk tetap waspada terhadap dampak dari turunnya hujan, terlebih jika hujan dapat menyebabkan bencana banjir, longsor, hingga gelombaang tinggi. Selain itu, kewaspadaan juga ditingkatkan terhadap kondisi air yang ada pada tetesan hujan. Sebab terindikasi bahwa air hujan yang turun mengandung mikroplastik.
Banyaknya populasi penduduk di Indonesia menghasilkan berbagai aktivitas manusia yang mendukung pertambahan jumlah emisi GRK dan karbon dioksida. Material konstruksi hijau (material berbahan alami) dianggap mampu menjadi salah satu inovasi untuk mengerem tingkat emisi tersebut. Walau penggunaannya belum dilakukan secara luas dan tergolong masif pemerintah memerlukan keikutsertaan masyarakat didalamnya untuk mendukung program konstruksi hijau sebagai salah satu upaya menjaga lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H