Globalisasi adalah salah satu istilah yang tak asing terdengar di telinga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Proses ini mencakup banyak hal, mulai dari informasi, gaya hidup, budaya, interaksi, transaksi, dan lain-lain. Dalam era globalisasi ini, hal-hal tersebut membawa dampak pada masyarakat, termasuk di dalamnya adalah Gen Z.
Gen Z atau Generasi Z adalah sebutan bagi mereka yang lahir pada tahun 1997 sampai tahun 2010. Untuk tahun ini, Gen Z berkisar di usia 14 tahun sampai 27 tahun. Era ini bisa dikatakan adalah era mencari jati diri, sementara globalisasi telah menyuguhkan banyak pilihan. Meski mengandung dampak positif, akan tetapi situasi ini mengakibatkan Gen Z yang sedang mencari jati diri semakin bingung.
Di sisi lain, arus globalisasi ini juga membawa pengaruh terhadap gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat dunia yang cenderung mengejar materi telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat lokal. Standar hidup yang semakin tinggi menjadikan orang tua sibuk di sektor ekonomi. Hal ini mengakibatkan pendampingan orang tua kepada anak berkurang. Anak yang notabene-nya adalah Gen Z yang sedang mencari jati diri semakin kehilangan arah. Tidak jarang mereka terjatuh dalam pergaulan yang salah, bahkan ada yang berakibat fatal. Maka disinilah peran bimbingan dan konseling untuk menjadi mitra dalam pendampingan terhadap anak, khususnya Gen Z.
Makna dan Peran 'Bimbingan dan Konseling'
'Bimbingan' berarti suatu proses membantu seseorang dalam menentukan pilihan penting yang mempengaruhi kehidupannya, seperti memilih gaya hidup yang diinginkannya (Gladding, 2000 : 4). Hal ini diaplikasikan dalam bentuk kegiatan yang membantu seseorang membuat keputusan tentang pendidikan atau karir yang akan diambil.
Sedangkan makna 'Konseling' menurut American Counseling Association (ACA) adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif, perilaku, atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, perkembangan karir, dan atau patologi.
Namun meski demikian, upaya bimbingan tidak selalu harus diikuti dengan konseling. Akan tetapi, pada layanan konseling harus berada dalam lingkup perspektif bimbingan sebagai upaya pedagogis. Hal ini menjadi setting dalam bidang pendidikan, dimana layanan bimbingan terhadap peserta didik harus berlanjut pasca layanan konseling.
Bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk menciptakan kondisi optimal seseorang dalam perkembangannya. Dapat diartikan ini adalah upaya untuk mendampingi, membina, dan mengarahkan individu dalam perkembangannya, terutama dalam hal pendidikan dan karir. Sehingga individu menjadi optimal dalam menjalani keputusan yang telah diambil.
Keterampilan Yang Dibutuhkan Dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam melakukan bimbingan dan konseling, tentunya dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu untuk mencapai keberhasilan konseling. Dalam acara "Semarak BK" yang diadakan pada hari MInggu (28/07/2024), Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Mochammad Nursalim, M.Si. beliau menjelaskan berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan dalam bimbingan dan konseling, yaitu :
1. Keterampilan Attending