Lihat ke Halaman Asli

Tri Wahyu Handayani

menulis untuk kebaikan

Launching Buku Antologi Memeluk Ibu dan Pelukan Ayah

Diperbarui: 18 Juli 2024   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesi launching antologi buku, sumber: Indscript Creative

Untuk kesekian kalinya Indscript Creative mengadakan acara sesi zoom dalam rangka launching buku antologi. Acara yang diadakan Senin, 18 Juli 2024, pukul 10:00 -- 12:00 tersebut seperti biasa diadakan oleh Indscript Creative, Sekolah Perempuan, dan Bukuin Aja.

Acara diawali dengan sambutan founder sekaligus CEO Indscript Creative, Indari Mastuti, yang dengan renyah memperkenalkan para kontributor hebat antologi berjudul "Memeluk Ibu" dan "Pelukan Ayah".

Menilik peserta-peserta yang hadir, ternyata kali ini pesertanya tidak melulu wanita tetapi ada beberapa peserta pria juga. Ternyata memang mereka juga turut menulis antologi tersebut. Wah, menarik, nih, seperti apa tulisan tentang sosok Ibu atau Ayah dari sudut pandang pria, bukan.

Launching Buku Antologi

Launching buku antologi sesudah menyelesaikan Kelas Menulis Buku di Sekolah Perempuan selalu seru. Setelah pembukaan acara oleh Indari Mastuti, kemudian dilanjutkan dengan pesan dan kesan dari para kontributor.

Shudrini Rahmi H.

Shudrini Rahmi H atau Ibu Rahmi, seorang karyawati BUMN menjelang pensiun dari Sidoarjo. Beliau menulis dua buku antologi, yaitu "Memeluk Ibu" dan "Pelukan Ayah", yang tujuannya menulis buku ini agar cucu-cucu beliau mengenal tentang Eyang mereka. Dengan demikian generasi penerus akan mengetahui sejarah yang diwariskan melalui tulisan.

Budi Hartono

Keharuan akan kenangan terhadap orang tua, dalam hal ini Ayah, ternyata bukan hanya membekas pada anak perempuan. Pak Budi Hartono contohnya, ketika beliau menceritakan latar belakang menulis "Pelukan Ayah", beberapa kali tercekat mengenang Sang Ayah.

Ayahnya adalah seorang guru musik dan piawai memainkan berbagai instrumen musik. Beberapa kesempatan berkarier ternyata sengaja dilewatkan demi mendampingi keluarganya. Siapa mengira, ternyata setelah beliau tiada, masih ada honor dari sekolah yang disampaikan ke Pak Budi Hartono, sebagai pewaris.

Kesederhanaan beliau dalam membimbing keluarga inilah yang justru membekas dan menjadi contoh membentuk karakter Pak Budi Hartono dalam hidupnya.

Kustinah

Ibu Kustinah adalah seorang pensiunan BUMN menetap di Bekasi. Kali ini paparan beliau adalah tentang pentingnya ridho orang tua sebagai jalan berbakti kepada orang tua.

Kalau zaman sekarang sepertinya sulit, bahwa anak harus menurut apa kata orang tua, sampai-sampai memilih sekolah pun mengikuti kata orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline