Lihat ke Halaman Asli

Tri Wahyu Handayani

menulis untuk kebaikan

Bijak Menyikapi Bahasa Iklan

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era modern sekarang ini rasanya tiada hari tanpa iklan.

Kita makan dengan Kecap Nomor 1, mencuci piring dengan sabun pemusnah lemak, dan mencuci baju tanpa repot mengucek. Di kamar mandi ada sabun mandi pembunuh bakteri sampai shampo perawatan rambut supaya indah berkilat bebas ketombe.

Tentu saja tabir surya yang dapat membuat wajah lebih terang empat tingkat dibandingkan warna kulit kita sejak lahir.

Beberapa iklan produk susu pun menawarkan unsur tambahan dalam susu, seolah anak-anak yang minum susu tersebut menjadi lebih cerdas dibandingkan dengan anak lain yang tidak minum susu sejenis.

Benarkah semua produk tersebut  menjanjikan manfaat seperti yang ditawarkan dalam iklan?

Pernahkan kita melihat iklan Kecap No 2?

Tentu saja semua iklan kecap menawarkan bahwa kecapnya adalah “Kecap No 1. Sekarang ditambah lagi dengan tawaran bahwa kecapnya lebih hitam daripada kecap-kecap merek lain. Atau ditambah dengan gerusan cabai sehingga rasa kecap lebih pedas.

Lalu, bagaimana dengan sabun cuci piring pemusnah lemak? Apakah ada sabun cuci piring yang tidak menghilangkan lemak? Yang perlu kita ketahui adalah semua sabun, baik itu sabun pencuci piring, sabun cuci, bahkan sabun mandi mengandung unsur alkali yang mengikat lemak di dalam air. Hasilnya, kotoran yang melekat karena minyak dapat dibilas dengan mudah.

Bahasa Iklan

Bahasa iklan adalah bahasa yang sering digunakan dalam beriklan atau menawarkan produk atau jasa tertentu. Bahasa iklan bersifat bersuasif dan selalu berusaha menggugah emosi pendengar, pembaca, atau penonton iklan, sehingga seringkali bernuansa membujuk.

Tujuan Iklan

Pada beberapa iklan kesannya berlebihan dan di luar logika, karena tujuan akhir dari beriklan adalah agar penjualan laku. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar tujuan tersebut tercapai yaitu:

1. Pengenalan produk

Dengan beriklan maka diharapkan masyarakat akan mengenali atau mendapatkan informasi tentang suatu produk atau merk baru.

Tidak sedikit produk yang diiklankan disampaikan secara berulang-ulang. Bahkan seringkali masyarakat yang awalnya tidak suka menjadi suka.

2. Memposisikan

Dengan beriklan maka suatu produk atau merk dapat memposisikan diri dengan membandingkan kelebihan suatu produk terhadap produk lainnya.

3. Mendorong untuk mencoba

Dengan memyampaikan pesan-pesan bersifat persuasi maka masyarakat didorong dan tertarik untuk mencoba suatu produk atau merk baru.

4. Membeli produk

Dengan beriklan maka masyarakat diharapkan bertindak untuk membeli produk tersebut.

5. Membina loyalitas

Dengan beriklan maka mendorong masyarakat untuk tetap loyal menggunakan produk tertentu. Masyarakat tetap diingatkan bahwa suatu produk tersebut tetap ada dan beredar di pasaran.

6. Mengumumkan cara baru pemanfaatan

Suatu inovasi akan produk tertentu akan membuat ketertarikan baru pada masyarakat, walaupun produk tersebut merupakan produk lama.

7. Meningkatkan citra

Dengan beriklan akan meningkatkan citra suatu produk atau merek tertentu.

Untuk mencapai tujuan tersebut produsen melibatkan konsultan pembuat iklan meliputi desainer, copywriter dan pembuat media iklannya.

Ada beberapa media agar iklan tersebut dapat tayang. Misalnya iklan cetak yang dimuat pada koran, majalah, leaflet, spanduk, banner dan lain-lain.

Kemudian iklan radio, tentu saja hanya berupa suara dengan gaya bahasa yang disusun sedemikian rupa agar terdengar menarik.

Iklan yang sekarang marak dan sangat menarik adalah iklan audiovisual yang ditayangkan di TV atau videoklip di bioskop sebelum film dimulai. Atau pada monitor besar di perempatan jalan atau melintang di atas jalan.

Kembali ke pokok pembahasan bahasa iklan, pemirsa atau konsumen dituntut untuk selalu jeli dan cerdas mengerti kata-kata atau penjelasan tentang suatu produk.

Seperti yang penulis paparkan di paragraf awal tentang beberapa contoh kalimat iklan.

Misalnya, tentang sabun cuci piring pemusnah lemak tadi.

Konsumen harus mengerti tatakerja sabun sesugguhnya.

Seringkali penambahan unsur-unsur kimiawi pada sabun lebih cepat merusak warna dan serat kain serta busa yang ditinggalkan pada air buangan juga merusak lingkungan. Oleh sebab itu beberapa produk sabun deterjen menawarkan bahwa unsur yang terkandung dalam deterjen merek A tidak merusak lingkungan.

Dengan demikian pilihan yang ditawarkan kepada konsumen lebih beragam dan konsumen dituntut untuk lebih teliti dalam memilih berbagai produk yang ditawarkan tersebut.

Demikian pula halnya dengan berbagai tawaran merek sabun mandi yang menambahkan unsur kimiawi anti kuman yang sering disebut triclosan. Triclosan merupakan agen antibakteri yang membunuh kuman jahat dan baik secara bersamaan. Biasanya sabun yang diberi agen antibakteri dipakai hanya di rumah sakit. Atau dipakai menyabuni tubuh yang sangat kotor dan sering bergelimang lumpur sungai tiap hari. Untuk kondisi rumah tinggal biasa, seharusnya tidak perlu memakai sabun yang diberi agen tambahan antibakteri, karena membuat tubuh menjadi rentan dan tidak dapat mengembangkan sistem kekebalan tubuh yang memadai. Bahkan untuk beberapa kasus, kulit menjadi kering karena kelembapannya berkurang sehingga menyebabkan gatal dan bersisik.

Konsumen harus faham bahwa sabun membersihkan permukaan kulit dengan menurunkan tegangan permukaan air dan mengikat partikel kotoran, minyak, bakteri, dan virus. Sebagian besar sabun mampu melaksanakan tugasnya yaitu membersihkan tubuh, jadi tidak sepenuhnya benar memilih sabun yang berunsur antibakteri tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline