Ketika kita memasuki musium kita sudah bisa melihat bagaimana jejak-jejak sejarah dan peninggalan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Jakarta,tidak hanya peninggalan kerajaan tarumanegara tapi disana kita bisa melihat bagaimana Jakarta dimulai. Tapi kali ini, saya akan membahas atau mengkaji peninggalan kerajaan Tarumanegara salah satunya adalah Prasasti Tugu. Nah, Prasasti Tugu ini kalau kalian penasaran bisa langsung lihat di Musium Fatahillah tepatnya di Kota Tua Jakarta. Mari kita bahas!
Prasasti Tugu ditemukan di kampung Tugu, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Isi dari prasasti ini menjelaskan pembangunan 2 buah sungai pada masa Tarumanegara di tahun ke-22 Raja Purnawarman memerintah. Sungai tersebut adalah Chandrabagha ( banghasasi ) dan Sungai Gomandi. Sungai Banghasasi kemudian diabadikan menjadi sebuah kota yaitu Bekasi. Dimana merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti Tugu dipahatkan pada sebuah batu andesit berbentuk bulat panjang setinggi satu meter. Pada batu prasasti tersebut terpahat lima baris pesan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dari bentuk huruf Pallawa yang digunakan, prasasti ini diperkirakan dibuat pada pertengahan abad ke-5.
Berikut ini bunyi isi Prasasti Tugu dan terjemahannya:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau, pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana, prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih, ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka, pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina.
Terjemahan: Dulu (sungai yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut, setelah (sungai ini) sampai di istana kerajaan yang termahsyur. Di dalam tahun ke-22 dari takhta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali sungai yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Sang Pendeta Nenekda (Sang Purnawarman).
Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada hari tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak (11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H